Jumat, 13 Februari 2015

Nasehat Yang Berharga



بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه والتابعين وتابع التابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين...أما بعد :
Nasehatku untuk….” orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya[.QS. Qaf : 36]
عن أنس رضي الله عنه قال : إنكم لتعملون أعمالا هي أدق في أعينكم من الشعر, كنا نعدها على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم من الموبقات. رواه البخارى
Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu berkata : Sesungguhnya kalian betul-betul melakukan amalan-amalan(  mengandung kemaksiatan. Pent ) yang lebih kecil dari rambut dimata-mata kalian, sementara kami menganggapnya di zaman Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai perkara yang membinasakan. H.R. al-Bukhary.
Berangkat dari hadits yang mulia ini maka kita ingatkan kepada kaum muslimin secara umum dan kepada kita bersama para pengurus pengajar wali santri banin dan banat Hafidhakumullah wa baarakallahu fiikum secara khusus pada beberapa perkara yang sadar ataupun tidak sadar mungkin kita terjatuh padanya.

@ Bergampangan dalam Mu’amalah baik dengan ucapan-ucapan ataupun perbuatan-perbuatan kepada orang-orang yang tidak dihalakan oleh Allah melebihi batasan-batasan yang diberi uzur oleh syariat kepada kita, suatu hal yang tercela bahkan mengandung dosa tatkala kita bermudah-mudahan dalam perkara ini, berbicara, bertingkah,dan sikap-sikap yang sengaja dibuat-buat sehingga mengundang fitnah, atau minimalnya terjatuh pada perkara-perkara yang sia-sia.oleh kerena itu ketika disana ada jalan lain atau pilihan yang lebih selamat atau lebih mengurangi mafsadahnya, maka kita tempuh. Berusaha untuk mengarah kesana, bukan sebaliknya kita sudah tau jalan tersebut namun masih saja kita berada diatasnya, tidak mau berusaha untuk melepaskan diri dari hal tersebut atau tidak adanya usaha untuk mengurangi mafsadahnya. Maka hal ini tentu akan memberikan pengaruh negatif kepada diri kita pribadi, keluarga kita, masyarakat kita, anak didik kita, ma’had kita, bahkan kepada kaum muslimin secara umum. Baarakallahu fiikum.
@ Haramnya melihat kepada laki-laki atau perempuan yang ajnaby ( asing, bukan mahram )  bukan karena kebutuhan syar’i.dalam hal ini Allah berfirman, yang artinya “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” Dan juga firman-Nya “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.[QS.an.Nuur 30-31.]
Maka dalam ayat yang mulia ini, Allah perintahkan kita untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.
 Juga dalam ayat ini menunjukkan, siapa yang tidak menundukkan pandangannya sebagai sebab tidak adanya penjagaan terhadap kemaluannya, Didalam ayat yang lain Allah ingatkan hamba-hamba-Nya terhadap orang-orang yang punya pandangan mata namun tidak digunakan untuk melihat petunjuk, hidayah Allah, maka mereka ini seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat dari binatang ternak. oleh karenanya hendaknya kita semua bertaqwa kepada allah semampu kita dalam menggunakan kenikmatan yang Allah berikan ini kepada apa-apa yang diridhoi oleh Allah azza wa jalla,seperti  melihat kepada orang-orang yang dihalalkan oleh Allah kepada kita atau kepada perkara-perkara yang diberi uzur oleh syareat serta kepada ayat-ayat Allah Azza wa jalla. Baarakallahu fiikum.
@ Meremehkan ‘ibadah-ibadah yang diwajibkan oleh Allah kepada kita serta ibadah-ibadah yang lainnya.
-Diantara bentuk-bentuk peremehan terhadap ibadah diantaranya adalah, menunda-nunda atau mengakhirkan waktu sholat, atau tidak mau hadir sholat berjama’ah ( bagi laki-laki ). Dalam hal ini Allah Azza Wa jalla berfirman, yang artinya (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,[QS.al-Maa’un : 5]
Mereka ini adalah orang-orang yang sholat berjama’ah atau sholat sendirian, akan tetapi mereka lalai dalam sholatnya, tidak menegakkan sholat tersebut dengan sepantasnya, atau mengakhirkan dari waktunya, tidak menyempurnakan rukunya, sujudnya, berdirinya, duduknya, tidak pula dalam bacaannya baik bacaan al qur’an atau dzikir, hatinya lalai, badanya berdiri menegakkan ibadah sholat namun hatinya melang-lang buana. Apabila dia sholat maka dia  lalai dalam sholatnya, sungguh celakalah orang yang seperti ini keadaannya.
-Diantara bentuk peremehan terhadap sesuatu yang termasuk dari bagian ibadah adalah, tidak amanah atau kurang adanya amanah pada diri kita dalam melaksanakan waktu yang telah kita tetapkan bersama untuk belajar dan mengajar. Waktu yang telah kita tetapkan bersama untuk mulai dan berakhirnya belajar mengajar merupakan amanah hasil dari musyawarah bersama, menunaikan semampu kita merupakan cerminan adanya sifat amanah pada diri seseorang, sementara tidak menunaikannya, atau meremehkannya merupakan cerminan adanya akhlaq yang tercela pada diri seseorang yang harus segera untuk dihilangkan…maka diantara sifat-sifat  orang-orang munafiq adalah ketika diberi amanah dia berkhianat, namun sebaliknya diantara sifat seorang mu’min adalah selalu  berada di atas syarat-syarat mereka dan berusaha menunaikan amanah yang di embankan, walaupun insya Allah.. kita semua tidak ada yang mempermasalahkannya, karena kita tau disana ada sisi-sisi yang kita lebih dahulukan, seperti adanya saling ta’adzdzur, tafahhum, husnudhan dan yang semisal dengan ini, namun yang harus difahami oleh kita adalah ; jika kita tidak saling mengingatkan maka apa yang mungkin akan terjadi ? yaitu mungkin wallahu a’lam kita terus menerus terjatuh dalam perkara bermudah-mudahan, saling itsar ( mendahulukan yang lain ) dalam perkara yang sudah kita yakini belajar agama, dan mengajarkannya serta amanah termasuk semulia-mulia ibadah disisi allah Azza wa Jalla, dan kita dituntut untuk saling berlomba-lomba untuk mendapatkannya serta mendahulukannya dari urusan-urusan  dunia yang kita tidak tau ada manfa’at atau tidak, atau diberi kemudahan oleh Allah atau tidak dalam mendapatkn dunia tersebt, Sementara agama, ibadah  jelas-jelas memberikan manfa’at jika disertai niat yang tulus ikhlash kepada kita didunia dan akhirat. Kita berlindung kepada allah dari perangai yang buruk, kasar, kaku, jelek, dan sifat-sifat munafiqin, dan mundah-mundahan Allah senantiasa memudahkan dan memberikan keikhlasan kepada kita dalam menunaikan apa-apa yang memberikan kebaikan untuk kita bersama di dunia dan akhirat.
-Diantara adanya bentuk peremehan pada diri seseorang  adalah, meremehkan, atau menggunakan segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepadanya kepada sesuatu hal yang tidak diridhoi oleh Allah Azza wa Jalla. Akal, kesehatan, harta benda, anak keturunan, rasa aman damai tentram, kenikmatan dari Allah yang tidak ada seorangpun yang mampu menghitungnya, apalagi membalasnya.
-Termasuk salah satu contoh seseorang yang meremehkan atau tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepadanya adalah ; tidak memperhatikan pendidikan agama pada anak-anaknya, baarakallahu fiikum. Anak merupakan amanah dari Allah yang kita dituntut untuk menjaga agamanya, fithrahnya, dan sisi-sisi yang memberikan kebaikan-kebaikan kepada orang tuanya dan kepada dirinya sendiri didunia dan akhirat..sungguh seorang anak yang bodoh terhadap agamanya, cinta terhadap dunia, senang berteman atau berkumpul dengan Ahlul ma’ashy, dan sebaliknya tidak senang berteman atau berkumpul dengan orang-orang shalih, malas dalam beribadah, tidak senang ketika mendengar bacaan Al-qur’an dan hadits, meremehkan orang-orang yang belajar agama, lebih parah lagi tidak mau ketika diajak ngaji terlebih mondok. Ini semua tidak akan terlepas dari dimintai pertanggung jawaban kedua orang tuanya dihadapan  pengadilan Allah kelak. Karena seorang anak dilahirkan diatas fithrahnya yang suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrany, majusi, atau anak ahlud dunia.
@ Allah berfirman yang ma’nanya “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari [perbuatan- perbuatan] keji dan mungkar.[QS.al-Ankabuut : 45]
Maka lihatlah pada sholatmu, apakah engkau, ketika selesai melaksanakan ibadah sholat engkau dapati pada jiwamu benci terhadap kekejian, kemungkaran dan kema’siatan ? atau justru ibadah sholatmu tidak memberikan faidah samasekali kepadamu ?  jawabannya ada pada diri kita masing-masing.
Apabila engkau mengetahui perkara-perkara ini, pasti engkau akan mengetahui nilai-nilai amalan-amalan sholih dan engkau termasuk dari orang yang menerima nasehat dari apa-apa yang dinasehatkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam kepadamu.
Contoh yang lain, tentang Zakat. Sungguh Allah telah jelaskan faidahnya sebagaimana Allah berfirman kepada Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wasallam : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan  dan mensucikan  mereka.[QS. at-Taubah : 103]
Maka apabila engkau telah menunaikan zakat, lihatlah apakah zakat yang telah engkau keluarkan itu bisa mensucikan kamu dari akhlaq-akhlaq rendahan dan dosa-dosa ? atau sebaliknya engkau justru masih saja terus menerus berada diatas dosa dan akhlaq-akhlaq yang rendahan tersebut, maka hisablah diri-diri kita sebelum kita dihisab, timbanglah diri-diri kita sebelum kita ditimbang, sesungguhnya hal ini memberikan keringanan atas kita ketika akan dihisab esok hari dihadapan Allah Rabbul ‘alamin.
Sesungguhnya, ringannya hisab pada hari kiamat kepada kaum yang mereka hisab diri-diri mereka ketika didunia, dan sesungguhnya, beratnya hisab pada hari kiamat kelak kepada kaum yang tidak pernah menghisab diri-diri mereka ketika didunia.

Aku tidak bermaksud kecuali [mendatangkan] perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan [pertolongan] Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.[QS.Huud : 88]

Abu Zuhair Muhammad Rifqy al Katingany
Ma’had al Manshurah banjarbaru kalsel