بسم
الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على
نبينا محمد وعلى آله وأصحابه والتابعين وتابع التابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم
الدين...أما بعد :
Nasehatku untuk….” orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”[.QS.
Qaf : 36]
عن
أنس رضي الله عنه قال : إنكم لتعملون أعمالا هي أدق في أعينكم من الشعر, كنا نعدها
على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم من الموبقات. رواه البخارى
Dari Anas Radhiyallahu
‘anhu berkata : Sesungguhnya kalian betul-betul melakukan amalan-amalan(
mengandung kemaksiatan. Pent ) yang
lebih kecil dari rambut dimata-mata kalian, sementara kami menganggapnya di
zaman Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai perkara yang membinasakan.
H.R. al-Bukhary.
Berangkat dari
hadits yang mulia ini maka kita ingatkan kepada kaum muslimin secara umum dan
kepada kita bersama para pengurus pengajar wali santri banin dan banat Hafidhakumullah
wa baarakallahu fiikum secara khusus pada beberapa perkara yang sadar
ataupun tidak sadar mungkin kita terjatuh padanya.
@ Bergampangan dalam Mu’amalah baik dengan ucapan-ucapan ataupun
perbuatan-perbuatan kepada orang-orang yang tidak dihalakan oleh Allah melebihi
batasan-batasan yang diberi uzur oleh syariat kepada kita, suatu hal yang
tercela bahkan mengandung dosa tatkala kita bermudah-mudahan dalam perkara ini,
berbicara, bertingkah,dan sikap-sikap yang sengaja dibuat-buat sehingga
mengundang fitnah, atau minimalnya terjatuh pada perkara-perkara yang sia-sia.oleh
kerena itu ketika disana ada jalan lain atau pilihan yang lebih selamat atau
lebih mengurangi mafsadahnya, maka kita tempuh. Berusaha untuk mengarah kesana,
bukan sebaliknya kita sudah tau jalan tersebut namun masih saja kita berada
diatasnya, tidak mau berusaha untuk melepaskan diri dari hal tersebut atau
tidak adanya usaha untuk mengurangi mafsadahnya. Maka hal ini tentu akan
memberikan pengaruh negatif kepada diri kita pribadi, keluarga kita, masyarakat
kita, anak didik kita, ma’had kita, bahkan kepada kaum muslimin secara umum.
Baarakallahu fiikum.
@ Haramnya melihat kepada laki-laki atau perempuan yang ajnaby (
asing, bukan mahram ) bukan karena
kebutuhan syar’i.dalam hal ini Allah berfirman, yang artinya “Katakanlah
kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
Dan juga firman-Nya “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.[QS.an.Nuur 30-31.]
Maka
dalam ayat yang mulia ini, Allah perintahkan kita untuk menundukkan pandangan
dan menjaga kemaluan.
Juga dalam ayat ini menunjukkan, siapa yang
tidak menundukkan pandangannya sebagai sebab tidak adanya penjagaan terhadap
kemaluannya, Didalam ayat yang lain Allah ingatkan hamba-hamba-Nya terhadap
orang-orang yang punya pandangan mata namun tidak digunakan untuk melihat
petunjuk, hidayah Allah, maka mereka ini seperti binatang ternak, bahkan lebih
sesat dari binatang ternak. oleh karenanya hendaknya kita semua bertaqwa kepada
allah semampu kita dalam menggunakan kenikmatan yang Allah berikan ini kepada
apa-apa yang diridhoi oleh Allah azza wa jalla,seperti melihat kepada orang-orang yang dihalalkan
oleh Allah kepada kita atau kepada perkara-perkara yang diberi uzur oleh
syareat serta kepada ayat-ayat Allah Azza wa jalla. Baarakallahu
fiikum.
@ Meremehkan ‘ibadah-ibadah yang diwajibkan oleh Allah kepada kita
serta ibadah-ibadah yang lainnya.
-Diantara
bentuk-bentuk peremehan terhadap ibadah diantaranya adalah, menunda-nunda atau
mengakhirkan waktu sholat, atau tidak mau hadir sholat berjama’ah ( bagi
laki-laki ). Dalam hal ini Allah Azza Wa jalla berfirman, yang artinya “(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,”[QS.al-Maa’un : 5]
Mereka
ini adalah orang-orang yang sholat berjama’ah atau sholat sendirian, akan
tetapi mereka lalai dalam sholatnya, tidak menegakkan sholat tersebut dengan
sepantasnya, atau mengakhirkan dari waktunya, tidak menyempurnakan rukunya,
sujudnya, berdirinya, duduknya, tidak pula dalam bacaannya baik bacaan al
qur’an atau dzikir, hatinya lalai, badanya berdiri menegakkan ibadah sholat
namun hatinya melang-lang buana. Apabila dia sholat maka dia lalai dalam sholatnya, sungguh celakalah
orang yang seperti ini keadaannya.
-Diantara
bentuk peremehan terhadap sesuatu yang termasuk dari bagian ibadah adalah,
tidak amanah atau kurang adanya amanah pada diri kita dalam melaksanakan waktu
yang telah kita tetapkan bersama untuk belajar dan mengajar. Waktu yang telah
kita tetapkan bersama untuk mulai dan berakhirnya belajar mengajar merupakan
amanah hasil dari musyawarah bersama, menunaikan semampu kita merupakan
cerminan adanya sifat amanah pada diri seseorang, sementara tidak
menunaikannya, atau meremehkannya merupakan cerminan adanya akhlaq yang tercela
pada diri seseorang yang harus segera untuk dihilangkan…maka diantara
sifat-sifat orang-orang munafiq adalah
ketika diberi amanah dia berkhianat, namun sebaliknya diantara sifat seorang
mu’min adalah selalu berada di atas
syarat-syarat mereka dan berusaha menunaikan amanah yang di embankan, walaupun
insya Allah.. kita semua tidak ada yang mempermasalahkannya, karena kita tau
disana ada sisi-sisi yang kita lebih dahulukan, seperti adanya saling ta’adzdzur,
tafahhum, husnudhan dan yang semisal dengan ini, namun yang harus difahami oleh
kita adalah ; jika kita tidak saling mengingatkan maka apa yang mungkin akan
terjadi ? yaitu mungkin wallahu a’lam kita terus menerus terjatuh dalam
perkara bermudah-mudahan, saling itsar ( mendahulukan yang lain ) dalam perkara
yang sudah kita yakini belajar agama, dan mengajarkannya serta amanah termasuk
semulia-mulia ibadah disisi allah Azza wa Jalla, dan kita dituntut untuk
saling berlomba-lomba untuk mendapatkannya serta mendahulukannya dari
urusan-urusan dunia yang kita tidak tau
ada manfa’at atau tidak, atau diberi kemudahan oleh Allah atau tidak dalam
mendapatkn dunia tersebt, Sementara agama, ibadah jelas-jelas memberikan manfa’at jika disertai
niat yang tulus ikhlash kepada kita didunia dan akhirat. Kita berlindung kepada
allah dari perangai yang buruk, kasar, kaku, jelek, dan sifat-sifat munafiqin,
dan mundah-mundahan Allah senantiasa memudahkan dan memberikan keikhlasan
kepada kita dalam menunaikan apa-apa yang memberikan kebaikan untuk kita
bersama di dunia dan akhirat.
-Diantara
adanya bentuk peremehan pada diri seseorang
adalah, meremehkan, atau menggunakan segala kenikmatan yang diberikan
oleh Allah kepadanya kepada sesuatu hal yang tidak diridhoi oleh Allah Azza
wa Jalla. Akal, kesehatan, harta benda, anak keturunan, rasa aman damai
tentram, kenikmatan dari Allah yang tidak ada seorangpun yang mampu
menghitungnya, apalagi membalasnya.
-Termasuk
salah satu contoh seseorang yang meremehkan atau tidak bersyukur kepada Allah
atas nikmat yang diberikan kepadanya adalah ; tidak memperhatikan pendidikan
agama pada anak-anaknya, baarakallahu fiikum. Anak merupakan amanah dari
Allah yang kita dituntut untuk menjaga agamanya, fithrahnya, dan sisi-sisi yang
memberikan kebaikan-kebaikan kepada orang tuanya dan kepada dirinya sendiri
didunia dan akhirat..sungguh seorang anak yang bodoh terhadap agamanya, cinta
terhadap dunia, senang berteman atau berkumpul dengan Ahlul ma’ashy, dan
sebaliknya tidak senang berteman atau berkumpul dengan orang-orang shalih,
malas dalam beribadah, tidak senang ketika mendengar bacaan Al-qur’an dan
hadits, meremehkan orang-orang yang belajar agama, lebih parah lagi tidak mau
ketika diajak ngaji terlebih mondok. Ini semua tidak akan terlepas dari
dimintai pertanggung jawaban kedua orang tuanya dihadapan pengadilan Allah kelak. Karena seorang anak
dilahirkan diatas fithrahnya yang suci, maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya yahudi, nasrany, majusi, atau anak ahlud dunia.
@
Allah berfirman yang ma’nanya “Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari [perbuatan- perbuatan] keji dan mungkar.[QS.al-Ankabuut : 45]
Maka
lihatlah pada sholatmu, apakah engkau, ketika selesai melaksanakan ibadah
sholat engkau dapati pada jiwamu benci terhadap kekejian, kemungkaran dan
kema’siatan ? atau justru ibadah sholatmu tidak memberikan faidah samasekali
kepadamu ? jawabannya ada pada diri kita
masing-masing.
Apabila
engkau mengetahui perkara-perkara ini, pasti engkau akan mengetahui nilai-nilai
amalan-amalan sholih dan engkau termasuk dari orang yang menerima nasehat dari
apa-apa yang dinasehatkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam kepadamu.
Contoh
yang lain, tentang Zakat. Sungguh Allah telah jelaskan faidahnya sebagaimana
Allah berfirman kepada Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wasallam : “Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.[QS. at-Taubah : 103]
Maka
apabila engkau telah menunaikan zakat, lihatlah apakah zakat yang telah engkau
keluarkan itu bisa mensucikan kamu dari akhlaq-akhlaq rendahan dan dosa-dosa ?
atau sebaliknya engkau justru masih saja terus menerus berada diatas dosa dan
akhlaq-akhlaq yang rendahan tersebut, maka hisablah diri-diri kita sebelum kita
dihisab, timbanglah diri-diri kita sebelum kita ditimbang, sesungguhnya hal ini
memberikan keringanan atas kita ketika akan dihisab esok hari dihadapan Allah
Rabbul ‘alamin.
Sesungguhnya,
ringannya hisab pada hari kiamat kepada kaum yang mereka hisab diri-diri mereka
ketika didunia, dan sesungguhnya, beratnya hisab pada hari kiamat kelak kepada
kaum yang tidak pernah menghisab diri-diri mereka ketika didunia.
Aku
tidak bermaksud kecuali [mendatangkan] perbaikan selama aku masih berkesanggupan.
Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan [pertolongan] Allah. Hanya kepada
Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.[QS.Huud : 88]
Abu
Zuhair Muhammad Rifqy al Katingany
Ma’had al Manshurah banjarbaru kalsel