Berkata Ahlul ‘ilmi : keImanan kepada Qadha dan Qadr
mengandung empat perkara.
1.
علم الله [Ilmu Allah] : yaitu engkau mengimani bahwasanya Allah maha
mengetahui segala sesuatu, dan ini banyak Allah sebutkan dalam al Qur’an
luasnya ilmu Allah mencakup segala sesuatu, sebagaimana firman Allah : “agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,
dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”.[QS. Ath
thalaq: 12] juga dalam firman Allah yang lain : Dan pada sisi Allah-lah
kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri,
dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun
pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun
dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" .[QS.Alan’am :59]
bahwasanya ilmu Allah mencakup, meliputi segala sesuatu, dan bahwasanya Allah
telah mengetahui sejak tidak ada permulaannya, Dia telah mengetahui apa yang
telah terjadi, dan yang sedang terjadi, dan apa-apa yang akan terjadi dan apa
yang tidak terjadi dan kalau terjadi Dia mengetahui bagaimana terjadinya, tidak
ada tersembunyi sedikitpun dari ilmu Allah. Maka Ilmu Allah maha luas meliputi
segala sesuatu, bahkan Allah telah mengetahui jumlah penghuni Surga dan Neraka,
dan apa yang sudah ditaqdirkan oleh Allah tidak akan pernah bertambah apalagi
berkurang,Dia maha mengetahui apa yang telah mereka ‘amalkan kita yakini ini
semua dan kita beramal, dan kita tidak berdebat dengan Qadha dan Qadr, tidak
boleh pula kita katakan : bagaimana dan kenapa ? dan bagaimana pula Ia bisa
menghisab sesuatu apa yang telah Ia taqdirkan ? dan lain sebagainya dari igauwan,
kritikan kepada Allah dan penyia-nyiaan waktu.
Kewajiban
kita hanya melaksanakan ketaatan dan menjauh dari kemaksiatan, bukanlah hak
seorang hamba untuk meneliti rahasia-rahasia Allah dan mendebatinya, tugasnya
hanyalah beramal, oleh karena itu tatkala Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam
mengkhabarkan kepada para Shahabatnya : bahwasanya tidak ada seorangpun dari
mereka kecuali telah di tuliskan tempatnya diSurga atau tempatnya diNeraka,
para Shahabatpun berkata : Wahai Rasulullah tidakkah kita tawakkal saja dan
tidak beramal ? maka Rasulullah menjawab : Tidak, beramallah kalian karena
setiap kalian akan dimudahkan pada apa yang telah diciptakan untuknya, dan
Allah berfirman : sesungguhnya usaha kalian memang berbeda-beda.
Adapun orang
yang memberikan [hartanya di jalan Alla]) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. [QS. Al Lail : 4-7] Maka sebab dari hamba itu sendiri, apakah dia akan bahagia atau
sengsara, Allah berfirman : Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa
dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya
[jalan] yang sukar.[QS.Al Lail : 8-10] maka yang diminta dari kita hanyalah
ber’amal Shalih dan meninggalkan amalan-amalan yang jelek.
Adapun
berhujjah dengan Qadha dan Qadr maka tidak ada udzur lagi, karena Allah telah
menjelaskan kepada kita kebaikkan dan kejelekkan maka tidak ada disana udzur,
maka siapa yang terjatuh pada perkara-perkara yang susah karena sebab mereka
masuk pada suatu perkara yang bukan kekhususan bagi mereka, lalu dia mengatakan : jika
memang Allah telah menetapkan kepadaku untuk masuk Surga, maka aku akan
memasukkinya, dan jikalau Allah telah menetapkan kepadaku untuk masuk kedalam
Neraka, aku akan memasukkinya, dan saya tidak mau beramal sesuatu apapun.
Maka
kita katakan kepada orang ini : engkau jangan mengatakan seperti ini pada
dirimu, apakah engkau hanya duduk dirumah dan tidak mau mencari rizqi, lalu
engkau katakan : jika Allah telah menetapkan kepadaku rizqi niscaya Dia akan
mudahkan untukku ? atau engkau keluar dan berusaha mencari rizqi ? Binatang
ternak dan Burung-burung saja tidak duduk-duduk didalam sarangnya, bahkan
mereka keluar mencari rizqi, telah datang dalam sebuah hadits : “kalau
seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal
niscaya Allah akan memberikan rizqi kepada kalian sebagaimana Ia memberikan
rizqi kepada burung, yang pergi dalam keadaan kosong perutnya lalu pulan sudah
dalam keadaan kenyang”…maka Allah telah memberikan fithrah untuk mencari
rizqi, dan melakukan usaha sebab-sebab yang bisa mendatangkan rizqi, padahal
dia Cuma binatang, sementara anda adalah seorang yang berakal !
Dan
juga : jikalau ada seseorang mencuri hartamu, apakah engkau akan mengatakan :
ini sudah Qadha dan Qadr, lalu anda tidak berusaha mencari dan mengadukannya ?
ini mustahil ! maka jangan berhujjah dengan Qadha dan Qadr.
2.
الكتابة [penulisan] : yakni engkau mengimani bahwasanya Allah telah menulis
takdir-takdir segala sesuatu sampai hari kiamat, Allah telah tulis 50 ribu
tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Segala sesuatu yang terjadi
telah ditulis dan sungguh telah selesai penulisannya, pena telah kering dan
lembaran telah dilipat, maka apa-apa yang akan menimpamu tidak akan pernah
salah, dan apa-apa yang terluput darimu tidak akan pernah menimpamu. Maka
apabila ada sesuatu menimpamu jangan engkau katakan seandainya aku melakukan
ini pasti tidak akan menimpaku. Dikarnakan ini sudah ditulis dan pasti akan
terjadi sesuai dengan takdir yang telah ditulis maka tidak ada lagi tempat lari
darinya apapun yang engkau lakukan. Jika ada yang mengatakan : bukankah telah datang dalam sebuah
hadits yang shohih : “ siapa yang senang untuk diluaskan rizqinya dan
dipanjangkan umurnya, maka hendaknya dia menyambung silaturahmi” hadits yang
dikeluarkan oleh al Imam al Bukhary [ 1925], dan Muslim [ 4639] dari hadits
Anas bin Malik. Dan demikian dikeluarkan oleh keduanya dari hadits Abu Hurairah
: al Bukhary [ 5526], Muslim [4638].
Maka
jawabannya : Iya, akan tetapi orang yang diluaskan rizqinya ini dan
dipanjangkan umurnya, ini terjadi karena sebab dia menyambung silahturahmi,
sungguh telah ditulis baginya hal yang demikian itu, telah ditulis bahwasanya
dia akan menyambung silahturahmi, dan bahwasanya akan diluaskan baginya
rizqinya dan akan dipanjangkan umurnya. Adapun sabda Rasul ‘alaish shalatu
wasalam : [siapa yang senang…ilaa akhiril hadits.] adalah motivasi untuk
kita bersegera menyambung silahturahmi.
Ketahuilah
bahwasanya penulisan dilauh al Mahfudh datang setelahnya penulisan-penulisan
yang lain, diantaranya : bahwasanya janin yang didalam perut ibunya apabila
sempurna 4 bulan diutus kepadanya Malaikat penjaga rahim maka Malaikatpun
meniupkan Ruh pada Janin tersebut dan diperintahkan untuk menulis 4 kalimat :
tentang rizqinya, ajalnya, ‘amalannya, dan apakah dia sengsara atau bahagia,
maka penulisan ini selain penulisan di lauh al Mahfudh, disebutkan oleh para Ulama : penulisan
Umriyah, yakni nisbah kepada Umur. Ini terjadi apabila sempurna 4 bulan :[ 120
hari,] oleh karena ini engkau melihat bahwasanya Janin apabila sempurna 4 bulan
mulai bergerak karena telah masuk ruh padanya, dan sebelum itu dia hanya
segumpal atau sepotong dari daging.
Demikian
pula disana ada penulisan yang lain yang terjadi pada setiap tahun yaitu pada
malam lailatul Qadr, karena sesungguhnya pada malam lailatul Qadr Allah menulis
padanya apa yang terjadi pada tahun itu, sebagaimana Allah berfirman : sesungguhnya
Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah
yang memberi peringatan. Pada malam
itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.[QS. Ad dukhan : 3-4].
Juga
disebutkan oleh para ‘ulama disana ada taqdir yaumy : yaitu apa yang dilakukan
oleh hamba-hamba Allah dari keseharian mereka kemudian ditulis oleh para
Malaikat.
3.
المشيئة [kehendak ] : yaitu
engkau beriman bahwasanya segala sesuatu dengan kehendak Allah, tidak keluar dari kehendak Allah
sesuatupun.tidak ada perbedaan antara yang terjadi dari apa-apa yang merupakan
kekhususan bagi Allah seperti menurunkan hujan, menghidupkan orang mati, dan
yang semisal dengan itu, atau dari apa-apa yang diajarkan-Nya kepada Makhluk
seperti sholat, puasa dan yang semisal dengannya, maka setiap ini semua atas
kehendak Allah. Allah berfirman : [yaitu] bagi siapa di
antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki [menempuh jalan itu] kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.[ QS. At Takwir: 28-29] dan Allah berfirman : Dan kalau Allah menghendaki, niscaya
tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu,
sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka
berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara
mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka
berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.[ QS.al
Baqarah : 253] Allah menjelaskan kepada kita bahwasanya tidak ada kehendak
bagi kita kecuali dengan kehendak Allah, artinya kehendak kita bergantung
berkaitan dibawah kehendak Allah, dan bahwasanya perbuatan kita terjadi dengan
kehendak Allah : ﴿ ولو شاء الله مااقتتلوا ﴾ setiap
segala sesuatu maka sesungguhnya terjadi
dengan kehendak Allah, tidaklah terjadi pada kekuasaan-Nya apa yang tidak
dikehendaki selamanya, oleh karna inilah telah sepakat kaum Muslimin atas
kalimat yang agung ini : { ما شاء الله كان, وما لم يشأ لم يكن }.
Allah memiliki
kehendak, dan hamba-hamba juga memiliki kehendak, akan tetapi kehendak hamba
terkait atas kehendak Allah, bukan kehendak hamba semata ! oleh karna itulah
Allah berfirman : Dan kamu tidaklah berkehendak, kecuali
bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.[QS.al Insan : 30]dan juga firman Allah : Dan kamu tidak dapat
menghendaki, kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.[QS. At
Takwir : 29] Allah menjadikan bagi dirinya ada kehendak dan ini merupakan
sifat Allah, dan Allah menjadikan kehendak bagi hamba-hamba-Nya dan ini
merupakan sifat mereka, dan Allah mengkaitkan kehendak hamba dengan kehendak-Nya,
Dan ini Untukmu wahai penganut faham Qadariyyah : yang kalian menafikan kehendak
Allah bagi perbuatan-perbuatan Hamba, kalian jadikan kehendak, keinginan dari
perbuatan-perbuatan Hamba secara muthlak, tersendiri, tidak ada kaitannya
dengan Allah ! dan seperinilah madzhab kalian dan saudara kalian Mu’tazilah
yang sesat lagi menyesatkan.
Adapun
engkau wahai penganut faham Jabriyyah bertolak belakang dengan faham sesat lagi
menyesatkan diatas, kalian katakan bahwasanya : tidak ada bagi hamba kehendak !
kehendak itu hanya bagi Allah !? seorang hamba itu bergerak tanpa ikhtiyar dan
keinginannya, yakni seperti robot bergerak yang dikendalikan. Aneh bin ajaib,
madzhab kalian ini juga sama seperti diatas sesat lagi menyesatkan masuk pada
72 golongan yang semuanya masuk neraka. Naudzubillah..
Adapun Ahlus sunnah wa jama’ah : mereka berjalan ditengah-tengah madzhab kalian, yaitu mereka
menetapkan dua kehendak, yaitu kehendak Allah dan kehendak Hamba, akan tetapi
mereka menjadikan kehendak hamba terkait dengan kehendak Allah, Allah berfirman
: “dan tidaklah kalian berkehendak” pada ayat ini penetapan kehendak
bagi manusia, sedangkan firman Allah : “kecuali apabila dikehendaki oleh
Allah”[QS.at Takwir : 29] padanya penetapan kehendak bagi Allah. Maka pada
ayat ini bahwasanya kehendak hamba bukanlah tersendiri atau berdiri sendiri
namun dia berkaitan dengan kehendak Allah. Dikarnakan hamba adalah makhluk dari
makhluk-makhluk Allah, Allah menciptakannya dan mencipta kehendak dan keinginan
mereka, oleh karena itu sebagian manusia pernah berkata kepada Nabi Shalallahu
‘alaihi wa sallam : ماشاء الله وشئت [
kehendak Allah dan kehendakmu] maka Rasul
mengatakan : Apakah engkau menjadikan aku sebagai tandingan bagi Allah ?[ yakni
sekutu dalam kehendak] katakanlah : ماشاء الله وحده [atas kehendak Allah semata]. Tatkala telah sampai kepada Nabi Shalallahu
‘alaihi wasallam suatu kaum yang mengatakan : ماشاء الله وشاء
محمد [atas kehendak Allah dan kehendak Muhammad]. Maka beliau
mengingkari hal yang demikian itu dan mengatakan : قولوا : ماشاء
الله ثم شاء محمد [ katakanlah atas kehendak Allah kemudian
kehendak Muhammad].
4. الخلق والإيجاد
[Penciptaan pengadaan] : yaitu engkau mengimani bahwasanya segala
sesuatu Makhluk bagi Allah, karna firman Allah : Allah
menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.[ QS. Az Zumar
:62] dan Allah berfirman : dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan
Dia telah menetapkan satu ketetapan.[QS.
Al Furqan :2] maka segala sesuatu yang terjadi sesungguhnya makhluk bagi
Allah dan Allah yang telah mengadakannya. Dan firman Allah : Sesungguhnya
Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang [masing-masing] tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.[ QS.al A’raf: 54] dan juga firman Allah : Tiada suatu bencanapun yang menimpa
di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam
kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah.[QS.al Hadid :22]
Dan
dalil-dalilnya sangat banyak sekali.
Manusia
adalah makhluk Allah dan juga perbuatannyapun makhluk Allah, Allah berfirman
tentang Ibrahim yang berkata kepada kaumnya : Dan Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu." [QS.ash Shaffaat : 96] maka perbuatan adalah makhluk Allah, akan tetapi yang melakukan
perbuatan adalah hamba, bukan Allah, akan tetapi Allah-lah yang menciptakan
perbuatan ini namun hamba yang melakukan, maka penciptaan dinisbahkan kepada
Allah, dan usaha dan perbuatan dinisbahkan kepada hamba. Allahul Muwaffiq.
Setiap
sesuatu yang terjadi adalah makhluk Allah, akan tetapi tidaklah dari
sifat-sifat Allah itu adalah makhluk, al Qur’an sebagai contoh, yang diturunkan
kepada Muhammad Shalallahu Alaihi wasallam bukan Makhluk, karena Al
qur’an adalah kalam Allah, dan kalam adalah sifat dari sifat-sifat Allah, bukan
Makhluk. Allahul Muwaffiq.
Inlah
4 tingkatan keimanan kepada Qadha dan Qadr ! wajib bagimu untuk beriman kepada
semuanya, jikalau tidak maka engkau tidak beriman kepada Qadr.
من
ثمرات جليلة الإيمان بالقدر عظيمة جدا, ومنها :
Bahwasanya
seseorang akan mengetahui segala sesuatu pasti akan terjadi sebagaimana
perintah Allah, maka diapun meresa lapang.
Apabila
seseorang ditimpa kesempitan maka dia akan bersabar, dia akan mengatakan ini
dari datang dari Allah, namun apabila dia diberikan kelapangan rizqi dia
bersyukur kepada Allah dan mengatakan ini dari Allah. Dan telah tsabit dari
Nabi Alaihish shalatu wasalam bahwasanya beliaumengatakan : Sungguh
menakjubkan perkara seorang mukmin itu, sesungguhnya seluruh perkaranya
semuanya baik, jika dia ditimpa kelapangan maka dia akan bersyukur maka ini
kebaikkan baginya, dan jika dia ditimpa kesempitan maka dia bersabar maka ini
kebaikkan baginya. Dikarnakan seorang mukmin itu dia beriman bahwasanya
segala sesuatu terjadi dengan ketentuan Allah, sehingga diapun menjadi selalu
senang dan lapang dada, dikarnakan dia mengetahui tidaklah sesuatu terjadi
menimpanya melainkan itu datang dari Allah, jika itu adalah kesempitan maka dia
menunggu pertolongan dari Allah, kembali kepada Allah. Namun jika yang menimpanya
adalah kelapangan maka dia bersyukur dan memuji Allah dan dia mengetahui hal
yang demikian itu terjadi bukan karena usaha dan kekuatannya, akan tetapi
karena keutamaan dan rahmat Allah Azza wa Jalla. Allahul Muwaffiq.
وقوله
: خيره وشره :
[yang baik dan yang
buruknya]
Kebaikkan
adalah apa yang manusia bisa merasakan manfa’atnya berupa ilmu, harta banyak,
kebaikkan, kesehatan, keluarga, anak-anak, dan yang semisal dengan itu.
Sementara
kejelekkan kebalikkan dari kebaikkan, berupa kejahilan, kemiskinan, sakit,
kehilangan harta dan anak-anak dan yang semisal dengan itu.
Semuanya ini
dari datang dari Allah Azza wa Jalla kebaikkan dan kejelekkan, karena
sesungguhnya Allah mentaqdirkan kebaikkan karena ada hikmahnya, dan
mentakdirkan kejelekkan karena ada hikmahnya, sebagaimana Allah mengatakan : Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan [yang sebenar-benarnya]. Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.[QS.al
Anbiyaa:35]
Jika ada yang mengatakan : bagaimana cara kita bisa
mengkompromikan antara sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam : وأن تؤمن بالقدر
خيره وشره [ dan engkau beriman kepada Qadr baik dan yang buruknya], dengan
sabda Rasulullah : الشر ليس إليك [ kejelekkan itu bukan kepada Engkau] dalam hadits ini Allah menafikan kejelekkan
kepada diri-Nya.
Maka
jawabannya adalah : sesungguhnya murni kejelekkan semata tidak pernah terjadi
pada perbuatan Allah selama-lamanya.!
Murni
kejelekkan semata yang tidak ada kebaikkannya ini tidak mungkin pernah untuk
didapati pada perbuatan Allah selama-lamanya, ini dari satu sisi. Walaupun
secara dhahir dimata makhluk apa yang telah Allah taqdirkan merupakan
kejelekkan, namun sesungguhnya akibat dari itu semua adalah sesuatu yang
terpuji, kejelekkan pada suatu kaum namun kebaikkan pada kaum/makhluk yang
lain. Sebagi contoh :
Ketika
Allah menurunkan hujan deras, banyak, lama, sehingga merusak menenggelamkan
tanaman-tanaman, ladang, sawah dan lain sebagainya, akan tetapi memberikan
manfa’at kepada makhluk yang lain, bumi, ummat yang lain, hewan-hewan,
tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya yang bermanfa’at kepada makhluk yang
lainnya. Kejelekkan dinisbahkan kepada suatu kaum yang mengalaminya, padahal
sebenarnya adalah kebaikkan bagi dia sendiri, jika dia mengharap pahala dari
Allah atas musibah yang nimpanya, atau dia muhasabah dirinya jangan-jangan
musibah ini datang karena adanya kemaksiatan-kemaksiatan yang dilakukan tanpa
disadari, atau lain sebagainya yang semestinya dia menganggap kejadian itu
semuannya adalah kebaikkan. Dan kebaikkan dinisbahkan kepada suatu ummat atau
makhluk yang lainnya. Allahul Muwaffiq.
Sisi
yang kedua : bahwasanya kejelekkan yang ditaqdirkan oleh Allah kepada
Makhluknya hakikatnya adalah kebaikkan, dikarnakan apabila dia bersabar dan
mengharap pahala dari Allah maka dia akan memperoleh dari yang demikian itu
pahala yang besar yang berlipat ganda daripada kejelekkan yang diadapatkan.
Kemudian
kita katakan : sesungguhnya kejelekkan hakikatnya bukan pada perbuatan Allah
semata, akan tetapi pada maf’ulnya [ obyek].
Pada
maf’ulnya inilah kejelekkan dan kebaikkan, adapun perbuatan Allah itu sendiri
adalah kebaikkan semata, oleh karena itu
Allah berfirman : قل أعوذ برب الفلق من شر ما خلق [Katakanlah: "Aku berlindung kepada Rabb Yang Menguasai subuh,
dari kejahatan makhluk-Nya, ]yakni kejelekkan yang Allah telah ciptakan.
Coba
perhatikan contoh berikut ini : jikalau ada orang sakit disisimu lalu kemudian
engkau katakana kepadanya : sesungguhnya obat dari penyakitmu ini adalah engkau
harus di kay dengan api [ pengobatan dengan cara besi yang dipanaskan ] lalu
engkaupun mengkaynya, maka besi panas itu tidak diragukan lagi sakitnya bukan
main. Akan tetapi perbuatan engkau ini yang mengkay bukan perbuatan jelek, bahkan kebaikkan bagi
orang yang sakit itu, iya kan ? maka setelah itu engkau hanya menunggu akibat
yang baik dari reaksi pengobatan yang engkau lakukan tadi, demikian pula
perbuatan – perbuatan Allah yang makruhaat, maka sesuatu-sesuatu yang terdapat
padanya kejelekkan dengan dinisbahkan kepada perbuatan Allah dan penciptaannya
adalah kebaikkan semata.
Jika ada yang mengatakan : bagaiman kita bisa mengkompromikan antara ini dengan firman
Allah : ﴿وما أصابك من حسنة فمن الله وما أصابك من سيئة فمن نفسك ﴾ [Apa saja kebaikkan yang
kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja kejelekkan yang menimpamu, maka dari dirimu sendiri.][QS.an Nisaa : 79]
Maka fir man
Allah : “ Apa saja kebaikkan yang kamu peroleh adalah dari Allah” yakni
: dari keutamaan Allah yang Ia anugrahkan kepada engkau baik dari awal dan
akhirnya.
Adapun firman
Allah : “ Dan apa saja kejelekkan yang menimpamu maka dari dirimu sendiri”.
Yakni : engkaulah sebabnya, jikalau tidak maka yang mentaqdirkannya adalah
Allah, akan tetapi engkaulah sebabnya
sebagaimana firman Allah : ﴿وما
أصابكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم ويعفو عن كثير ﴾
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar [dari kesalahan-kesalahanmu][QS.as
Syuraa : 30] Allahul Muwaffiq.
RINGKASAN PEMBAHASAN
Bahwasanya
setiap sesuatu yang terjadi dengan taqdir Allah sama saja apakah itu baik
ataupun jelek.
Adapun
kebaikkan maka ini jelas perkaranya, bahwasanya dari Allah.
Adapun
kejelekkan maka kita katakan : sesungguhnya kejelekkan bukan dari perbuatan
Allah, bahkan pada Maf’ulnya [ obyek],
dan kita katakan juga maf’ulnya inilah yang terjadi padanya kejelekkan
namun kebaikkan dari satu sisi, entah itu kebaikkanya kepada yang tertimpa
musibah itu sendiri atau kepada yang lainnya. Sebagai contoh telah kita
sebutkan diatas tentang hujan.
Atau kita
katakan : Musibah yang menimpamu kejelekkan dari satu sisi dan kebaikkan dari
sisi yang lain, dikarnakan kejelekkan yang menimpamu ini padanya terdapat
pahala besar untukmu, juga bisa jadi ini sebagai sebab akan mengkokohkan kamu
dan menjadikan kamu mengetahui betapa besar nikmat Allah kepadamu dari atsar
musibah yang menimpamu. Allahul Muwaffiq.