وعن ابن مسعود رضي الله
عنه قال : كأني أنطر إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم يحكي نبيا من الأنبياء,
صلوات الله وسلمه عليهم, ضربه قومه فأدموه, وهو يمسح الدم عن وجهه, ويقول : اللهم
اغفر لقومي فإنهم لا يعلمون. متفق عليه.
Dan dari ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu berkata : seakan
aku melihat kepada Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam mengkisahkan seorang Nabi
dari para Nabi-nabi Shalawatullah wasalamuhu ‘alaihim, kaumnya memukulinya dan
melukainya hingga berdarah, sedang dia mengusap darah dari wajahnya, dan mengatakan
: Yaa Allah berilah ampun kepada kaumku karna sesungguhnya mereka tidak
mengetahui. Muttafan ‘Alaihi.
Hadits ini dari ibnu Mas’ud Radhiyallahu
‘anhu, memberikan faidah kepada kita akan sifat sabar tidak tergesa-gesa
pada diri para Nabi Alaihimush shalatu wasalam, dan kesabaran yang
tinggi atas segala gangguan yang ditimpakan kaumnya kepada mereka. Allah
berfirman : Dan sesungguhnya telah didustakan (pula)
rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan
penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah
kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat
(janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari
berita rasul-rasul itu.[ QS. Al an’am : 34]
Nabiyullah yang mulia ini, yang
dipukul oleh kaumnya hingga berdarah wajahnya, namun ia hanya mengatakan : Yaa
Allah berilah ampun kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.
Alangkah sabarnya beliau, terhadap gangguan kaumnya..beliau tidak membalas itu
semua dengan cara yang sama, bahkan beliau tidak berdo’a kepada Allah agar
Allah membalas apa yang mereka lakukan, karena yang seperti ini jelas-jelas
kedholiman terhadap orang lain, terlebih yang didholimi bukan manusia biasa,
namun beliau seorang Nabi, yang dekat dengan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana, Rabbnya seluruh alam semesta ini.
Namun beliau hanya mengatakan : Yaa
Allah..berilah ampun kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.
Sungguh balasan yang tidak sesuai jika
ditimbang dengan kebaikkannya.
Demikianlah para Nabi Shalawatullah
‘alaihim mereka menyeru kepada manusia betul-betul hanya menginginkan
kebaikkan semata untuk Ummatnya. Namun mereka tidak mengetahuinya.. Sungguh telah
datang kepadamu seorang Rasul dari kalangan kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan kebaikkan bagimu, amat belas kasihan
lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [QS. At Taubah : 128]
Seakan-akan kaum yang memukuli Nabi
mereka ini, Muslim, akan tetapi terjadi pada diri mereka kemarahan pada Nabi
ini, maka terjadilah apa yang terjadi merekapun kemukulinya, diapun berdo’a
dengan memohon ampun untuk mereka, dimana, jikalau mereka ini [ kaum tersebut ]
bukan orang muslim niscaya Nabi tersebut akan berdo’a memintakan hidayah untuk
kaum tersebut !, seperti misalkan : Yaa Allah berilah hidayah kepada kaumku,
akan tetapi dhahir hadits tersebut, bahwasanya mereka Muslim.
Oleh karna inilah pendapat yang
Rajih terhadap siapa yang mencela Rasul Shalallahu ‘Alaihi wasallam, kemudian
ia bertaubat, maka diterima taubatnya, akan tetapi dibunuh, adapun orang yang
mencela Allah kemudian ia bertaubat, maka taubatnya diterima, akan tetapi tidak
dibunuh.
Bukanlah ini dalam artian, mencela
Rasul lebih besar perkaranya dari mencela Allah, bahkan mencela Allah lebih
besar hukumnya.
Akan tetapi Allah telah
mengkhabarkan kepada kita bahwasanya Allah mengampuni siapa yang mencela
hak-Nya bagi siapa yang bertaubat.
Adapun Rasul Shalallahu ‘alaihi
wasallam maka beliau telah meninggal, siapa yang mencela beliau sungguh dia
telah menghinakan hak beliau, maka apabila dia bertaubat, maka sesungguhnya
Allah akan mengampuninya, dan mengampuni kekufurannya karena sebab celaan dia
terhadap Rasul, akan tetapi haknya Rasul masih tetap, maka oleh sebab itu dia
dibunuh.
بارك
الله فيكم
محمد رفقي ابن جنيدى الكلمنتنى
كتبه بمعهد المنصورة بنجربار كلسل
Tidak ada komentar:
Posting Komentar