﴿بسم الله الرحمن
الرحيم﴾
الحمد لله رب العالمين والصلاة
والسلام على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين, أما بعد
:
Risalah yang kecil ini adalah
sambungan dari tulisan bagian pertama dari cacatan untuk sebuah “ TAJDID
Buletin Jum’at yang diterbitkan oleh Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya dan tanggapan ‘Ilmiyyah terhadap argument-argumen Bp.
Prof. Dr. Syamsul Anwar, M.A.
Pada pembahasan yang telah lalu
telah kita pahami bersama bahwa Bapa Prof. Dr. Syamsul Anwar, M.A. telah
menolak Hadits yang benar-benar Shohih, atau minimalnya dia menerima hadits
tersebut serta mengakui keshohihannya, namun tidak mau mengamalkannya, karena
tidak sesuai dengan akal-akal dia atau kaidah-kaidah yang dibuat oleh mereka,
yaitu hadits tentang rukyatul hilal. Sebenarnya masih banyak tersisa
perkara-perkara kebathilan yang terkandung pada tulisan Bp.Prof.Dr.Syamsul
Anwar, M.A. tersebut, Maka, disebuah
risalah yang kecil ini saya mengingatkan kepada kaum muslimin secara umum,
terkhusus kepada kelompok ORGANISASI MUHAMMADIYAH tentang beberapa perkara,
diantaranya :
1.
Perlu
diketahui bahwasanya khilaf [ perbedaan ] diantara manusia telah ada dari sejak
dahulu, berbagai macam madzhab-madzhab yang berbeda-beda, sebagaimana Allah Subhanahu
wata’alaa telah berfirman :
Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia
tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab
itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah
datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara
mereka sendiri.[QS.Al-Baqarah .213.]
Dan juga firman Allah :
Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih.[QS.Yunus
19.]
Maka perbedaan telah terjadi sejak dahulu diantara manusia, akan
tetapi termasuk dari rahmat Allah Subhanahu wataa’alaa, Allah mengutus para RASUL-RASUL-NYA dan
menurunkan kitab-kitab bersama mereka untuk memberikan keputusan kepada mereka
terhadap apa yang mereka perselisihkan.
Sekali lagi kita ingatkan bahwa madzhab-madzhab,
pemikiran-pemikiran, metode-metode dalam beragama sangat banyak yang tidak
terhitung jumlahnya yang telah dibuat-buat oleh manusia dengan pikiran dan
akal-akal mereka, setiap kelompok telah membuat metode-metode tersendiri yang
dengannya mereka beragama, mereka bangga terhadap kelompoknya masing-masing,
mereka bangga terhadap metode-metode tersebut, mereka menyangka dengan metode
yang demikian itu bisa mendekatkan diri-diri mereka kepada Allah Subhanahu
wata’alaa.
Namun… jalan yang menyampaikan seseorang kepada Allah Subhanahu
wata’alaa hanya ada satu, yaitu jalan para Anbiyaa war Rusul dari awal
hingga akhir mereka, jalan :
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi,
para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan
mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.[QS.An-Nisaa 69.]
Dan jalan :
Orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang Engkau sesatkan.[QS.Alfatihah
6-7.]
Maka metode-metode dalam beragama yang menyampaikan seseorang
kepada Allah Jalla Jalaaluh dan jalan yang lurus itu hanya ada satu,
tidak ada khilaf ( perbedaan ) padanya, Allah Subhanahu wataa’alaa
berfirman :
dan bahwasanya ini adalah
jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya.[QS.Al-an’am
153.]
kemudian jalan yang lurus ini butuh kepada Cahaya yang
menyinarinya, supaya tidak terkaburkan oleh jalan-jalan, madzhab-madzhab,
pemikiran-pemikiran, ucapan-ucapan yang sesat lagi menyesatkan, dan agar supaya
seorang hamba yang berjalan menuju kepada Allah Subhanahu wata’alaa benar-benar
berada diatas manhaj yang lurus tersebut, benar-benar berada diatas aqidah yang
Shohihah, berada diatas hidayah Allah Subhanahu wata’alaa, terlebih lagi
kita hidup dijaman yang jauh dari masa kenabian, yang manusia semakin maju
kedepan semakin jelek keadaannya, kecuali orang-orang yang tidak dikehendaki
oleh Allah Subhanahu wata’aalaa…maka dimasa yang seperti ini, seorang
hamba yang berjalan menuju kepada Allah butuh kepada penerangan cahaya yang
menyinari jalannya, jalan ini, atau Manhaj yang Rabbaany asal dan kaidahnya dua perkara, yaitu :
·
Ikhlash kepada Allah Subhanahu wata’alaa dan
·
Mutaba’ah kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
Maka
barang siapa yang bersifat dengan dua sifat ini, yaitu Ikhlash kepada Allah
Subhanahu wata’alaa dalam ibadahnya, ucapan-ucapannya, perbuatan-perbuatannya,
serta niat dan tujuannya serta dia mutaba’ah kepada Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasallam dalam kehidupannya manhajnya, ibadahnya…maka sungguh dia telah
berjalan diatas Ash-Shirathal Mustaqim..Allah Subhanahu
wata’alaa berfirman :
ومن
أحسن دينا ممن أسلم وجهه لله وهو محسن ﴾ ﴿
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan.[QS.An-Nisaa
125.]
Pada ayat yang mulia ini terkumpul padanya dua kaidah yang telah
kita sebutkan diatas, yaitu
Ikhlash kepada Allah Subhanahu wata’alaa dan Mutaba’ah
kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam.
﴿أسلم
وجهه﴾artinya ; ya’ni
Ikhlash niat dan tujuannya hanya kepada Allah semata.
﴿وهو محسن﴾artinya ; ya’ni Mutaba’ah kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam.
Tidaklah
seseorang beramal dengan satu ‘amalan yang Ikhlash kepada Allah Subhanahu
wata’alaa, namun tidak mutaba’ah kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam maka amalannya tidak diterima oleh Allah Subhanahu wata’alaa,
Allah berfirman ;
Dan mereka tidaklah
diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang hanif.[QS.AliBayyinah
5.]
Dan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ;
من
عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد. هذا لفظ مسلم, من حديث أم المؤمنين عائشة رضى
الله عنها
Siapa
yang beramal dengan satu amalan yang tidak dibangun diatas perintah kami, maka
amalan tersebut tertolak, Lafadz dari
al-imam Muslim Rahimahullahu ta’alaa dari hadits Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiyallahu
‘anha.
2.
Ini
merupakan penyempurna dari pembahasan yang sebelumnya, yaitu bahwasanya
keyakinan Ahlu Sunnah wal Jama’ah sumber pensyariatan mereka, Dakwah ,
‘Ibadah dalam Islam adalah Al-qur’an dan Sunnah, barang siapa yang mengambil
salah satu dari keduanya dan membuang yang lainnya, maka tidak diragukan lagi
kekafirannya, penyimpangannya, kesesatannya, dan permusuhannya terhadap Agama
Islam. Allah Subhanahu wata’alaa berfirman ;
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah
kamu mengikuti selain dari padanya dari kalangan pemimpin-pemimpin.[QS.Al-‘a’raf 3.]
Dan juga firman Allah ;
Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.[QS. Ali
‘imron 135.]
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda ;
تركت فيكم شيئين لن تضلوا بعدهما :
كتاب الله وسنتي. رواه الحاكم
Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang kalian tidak akan
pernah tersesat setelah keduanya ; Kitabullah dan Sunnahku. HR. Al-Hakim dalam Mustadraknya.
Ayat dan hadits diatas salah satu dari sekian banyak ayat dan hadits yang menunjukkan kaidah yang ke-dua ini, yakni suatu kewajiban bagi kita untuk beramal dengan Al-qur’an dan Sunnah. Meninggalkan apa-apa yang menyelisihi Al-kitab dan Sunnah dari berbagai macam pendapat dan pemikiran-pemikiran, ibadah-ibadah bahkan pada semua amalan-amalan yang menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah, semuanya wajib untuk ditinggalkan, dikarnakan kita seorang hamba yang hanya diperintahkan untuk mengikuti, Allah berfirman ;
Ayat dan hadits diatas salah satu dari sekian banyak ayat dan hadits yang menunjukkan kaidah yang ke-dua ini, yakni suatu kewajiban bagi kita untuk beramal dengan Al-qur’an dan Sunnah. Meninggalkan apa-apa yang menyelisihi Al-kitab dan Sunnah dari berbagai macam pendapat dan pemikiran-pemikiran, ibadah-ibadah bahkan pada semua amalan-amalan yang menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah, semuanya wajib untuk ditinggalkan, dikarnakan kita seorang hamba yang hanya diperintahkan untuk mengikuti, Allah berfirman ;
﴿
وأطيعوا الله وأطيعوا الرسول﴾
Dan ta’atlah kalian kepada Allah dan ta’atilah oleh kalian Rasul.[QS
Al-maidah : 92.]
Maka ketaatan yang muthlaq hanya kepada Allah Subhanahu
wata’alaa, dan demikian pula ketaatan kepada Rasul Shalallahu ‘alaihi
wasallam, dikarnakan beliau tidaklah memerintah kecuali berdasarkan
perintah dari Allah Subhanahu wata’alaa, Allah berfirman ;
﴿وما
ينطق عن الهوىإن
هو إلا وحي يحى﴾
Dan tidaklah ia mengucapkan dengan hawa nafsunyamelainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.[QS.An-Najm 3-4.]
Beliau sebagai muballigh dari Allah Subhanahu wata’alaa,
Beliau orang yang ma’shum ‘Alaihishshalatu wasalam.
3.
Bahwasanya
Ahlu Sunnah wal Jama’ah tidak mencukupkan diri mereka dalam memahami
Al-Qur’an, dari As-Sunnah.
Pembahasan ini, kita tegaskan bahwasanya As-Sunnah merupankan
hujjah, wajib untuk berhujjah dengannya sebagaimana kita mengambil Al-Qur’an
sebagai Hujjah, As-Sunnah menduduki kedudukan yang kedua setelah Al-Qur’an,
dikarnakan Allah Subhanahu wata’alaa telah mewakilkan kepada Nabi-Nya
dalam menjelaskan A-Qur’an, Allah Subhanahu wata’alaa berfirman ;
﴿وأنزلنا
إليك الذكر لتبين للناس ما نزل إليهم ولعلهم يتفكرون﴾
Dan Kami turunkan kepadamu
adz-dzikra, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.[QS.An-Naml 44.]
Maka As-Sunnah sebagai penjelas terhadap Al-Qur’an, menjelaskan
ma’nanya serta menerangkannya. Maka sekali lagi merupakan satu kewajiban untuk
berhujjah dengan As-Sunnah, seorang hamba tidak akan faham, tidak akan tau perkara
Sholat secara sempurna, demikian pula Zakat dia tidak akan tau jumlah kadar
yang dikeluarkan untuk dizakati, dia tidak akan tau, harta apa saja yang wajib
untuk dikeluarkan, karna Allah hanya terangkan secara Mujmal didalam Al-Qur’an,
maka yang menerangkan menjelaskan adalah Rasul Shalallahu ‘Alaihi wasallam
dalam Sunnahnya, beliau menjelaskan zakat : kapan diwajibkan zakat, dan apa
saja harta-harta yang wajib untuk dikeluarkan serta berapa jumlah yang harus
dikeluarkan dalam zakat, demikian pula Puasa, Haji, dan ibadah-ibadah yang lain
yang datang penjelasannya dalam As-Sunnah.
Maka ini adalah madzhabnya Ahli Sunnah wal Jama’ah, mereka berdalil
dengan As-Sunnah sebagaimana mereka berdalil dengan Al-Qur’an, mereka
menjadikan Al-Qur’an pada tingkat derajat yang pertama, kemudian Sunnah,
kemudian Ijma’, kemudian Qiyas, kemudian ushul-ushul yang telah dibahas oleh
para ‘Ulama di kitab-kitab Ushul mereka.
Akan tetapi disana kelompok-kelompok yang sesat lagi menyesatkan,
ada yang tidak mau berdalil dengan As-Sunnah, seperti kelompok Khawarij
dan orang-orang yang berjalan diatas manhaj mereka, mereka menolak As-Sunnah,
mereka hanya mencukupkan diri mereka dengan Al-Qur’an sebagaimana mereka
dikatakan sebagai Qur’aniyyun pada zaman ini, ya’ni mereka hanya bersandar
dengan Al-Qur’an, sudah cukup bagi kami Al-Qur’an saja, apa yang kami dapati
perkara yang halal, maka kamipun menghalalkannya, dan apa yang kami dapatkan
dari perkara yang haram maka kami haramkan.
Sungguh dusta ucapan mereka ini…mereka sesungguhnya tidak mengambil
Al-Qur’an, mereka tidak bersandar dengan Al-Qur’an, dikarnakan Al-Qur’an sesungguhnya
memerintahkan untuk mengikuti mengambil As-Sunnah, Allah subhanahu wata’alaa
berfirman ;
﴿وما ءاتاكم الرسول فخذوه وما نهىكم عنه
فنتهوا ﴾
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.[QS.Al-Hasyar : 7]
Dan Allah Subhanahu wata’alaa menyebutkan tentang Nabi-Nya ;
﴿ويعلمهم الكتاب والحكمة﴾
Dan mengajarkan mereka Kitab( Al-Qur’an ) dan Hikmah (As Sunnah).[QS.
Al-Jumu’ah : 2.]
Juga firman Allah Subhanahu wata’alaa ;
﴿ومن يطع الرسول فقد أطاع الله﴾
Dan firman Allah ;
﴿وما أرسلنا من رسول إلا ليطاع بإذن
الله﴾
Dan firman Allah ;
﴿وأعطيعوا الله وأطيعوا السول﴾
Dan firman Allah ;
﴿وطيعوا
الرسول لعلكم ترحمون﴾
Dan Rasul Shalallahu ‘Alaihi wasallam bersabda dalam hadits
yang Shohih, yang dikeluarkan oleh Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Imam
At-Tirmidzi dan selain mereka Rahimahullahu taa’alaa ;
ألا
إني أوتيت القرآن ومثله معه
Ketahuilah sesungguhnya aku diberikan Al-Qur’an dan yang sepertinya
bersamanya
Maka Madzhab Ahlu Sunnah wal Jama’ah berhujjah dengan
As-Sunnah dan ber’amal dengannya, adapun orang-orang yang hanya mencukupkan
diri mereka dengan Al-Qur’an dan membuang As-Sunnah mereka sesat lagi
menyesatkan dan sungguh mereka menjadi kafir akibat
dari perbuatan mereka ini !
Demikian pula mereka yang membeda-bedakan antara As-Sunnah, seperti
kelompok Mu’tazilah dan yang berjalan diatas manhaj mereka, yang mereka tidak
berhujjah pada sebagian hadits yang jelas-jelas Shohih, Sebagai salah satu
contoh,[ menolak hadits secara tidak langsung, mundah-mundahan tidak terjadi
pada Bp.prof. Dr. Syamsul Anwar, bertaqwalah anda kepada Allah wahai Bp. Prof !
] seperti hadits tentang rukyatul hilal, mereka menolak dengan berbagai macam
argument-argumen yang dibuat oleh akal-akal mereka yang tidak ada dasarnya
semasekali dalam agama ini, atau kaidah-kaidah fiqih mereka yang bathil
tersebut, yaitu ;” hukum berlaku menurut ada atau tidak adanya ilat”.
Demikian pula mereka yang mengatakan : kami hanya berhujjah dengan
hadits-hadits mutawatir saja, adapun khobar ahad maka kami tidak
berhujjah dalam aqidah.
Mereka ini adalah orang-orang yang hanya bersandar dengan
kaidah-kaidah manthiqiyyah, atau kaidah-kaidah yang dibuat oleh akal-akal
mereka, yang apa bila Hadits Shohih yang tsabit dari Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa sallam menyelisihi kaidah mereka tersebut, mereka menolak hadits
tersebut dengan cara-cara yang bathil, dengan menta’wilkan, berdusta, atau
mencela para perawinya dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wasallam, maka
mereka ini juga termasuk dari golongan orang-orang yang menolak Hadits, walau
pun mereka tidak menolaknya secara keseluruhan, maka ini jelas madzhab yang
bathil, menyimpang, sesat yang tidak ada keraguan sedikitpun padanya.
Maka
berhujjah dengan As-Sunnah termasuk dari ushul Ahli Sunnah Wal Jama’ah,
sementara menolak As-Sunnah seluruhnya atau sebagiannya baik dengan cara
terang-terangan atau dengan kaidah-kaidah, argument-argumen yang dibuat-buat yang tidak ada asalnya dalam agama ini
termasuk dari ushul Ahli Bid’ah, kesesatan dan penyimpangan dari Al-Haq semata.
Maka sekali lagi, Telah didapati dizaman sekarang ini orang-orang
yang dinamakan dengan Al-Aqlaniyyun [ Rasonalis ] mereka ini adalah
keturunannya Mu’tazilah, dinamakan Al-Aqlaniyyun dikarnakan mereka mendahului
akal-akal mereka dari pada Hadits yang Shohih yang tsabit dari Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa sallam,apabila Hadits Yang Shohih tersebut menyelisihi akal-akal
atau pemikiran-pemikiran mereka, mereka menolak, mereka mengatakan ; Kami tidak
akan membuang akal kami hanya karna Hadits yang diriwayatkan oleh fulan !!,
sampai-sampai mereka ragu terhadap hadits-hadits yang terdapat dalam Shohih
Al-Bukhary dan selainnya, kitab yang paling Shohih setelah Al-Qur’an, dengan
mereka mengatakan ; meskipun diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan yang lainnya!!
selama itu menyelisihi akal mereka, maka mereka tidak menerimanya, Dan ini
dijelaskan dalam tulisan-tulisan mereka dan kitab-kitab mereka.
Betapa busuknya orang-orang seperti ini, mereka telah menggunakan
kenikmatan yang Allah berikan kepada mereka, yaitu akal, untuk menentang
hadits-hadits yang Shohih..wahai orang-orang yang mendahului akal-akal kalian,
betapa pendeknya akal kalian tersebut ! jikalau kalian mengetahuinya, adapun
As-Sunnah adalah ma’shum, berbeda dengan akal-akal kalian yang pendek tersebut,
yang tertuduh, tidak akan pernah selamat dari kesalahan.
Aku ingatkan kalian terhadap firman Allah Subhanahu wata’alaa
dan Hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alahi wasallam :
Dan sesungguhnya Kami jadikan para penghuni neraka Jahannam
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami, dan mereka mempunyai mata [tetapi] tidak
dipergunakannya untuk melihat [petunjuk ], dan mereka mempunyai telinga
[tetapi] tidak dipergunakannya untuk mendengar [Nasehat]. Mereka itu seperti
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang
lalai.[QS.Al-A’raf : 179]
Sungguh Allah telah mengkhabarkan kepada kita bahwa Allah telah
menciptakan penduduk bagi Neraka dengan penuh keadilan-Nya, kemudian Allah
mensifati penduduk Neraka tersebut,
mereka memiliki Hati-Hati namun tidak dapat mengambil manfa’at darinya, mereka
tidak pernah memikirkan pahala dari Allah, tidak pula pernah takut dari Adzab
Allah, demikian pula mereka memiliki mata-mata namun mereka tidak
menggunakannya untuk melihat petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, juga
mereka memiliki telinga-telinga namun tidak pernah dipergunakan untuk mendengar
nasehat-nasehat yang datang kepada mereka, maka orang-orang yang seperti ini,
seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi dari binatang .
Dikarnakan mereka tidak mendapatkan petunjuk untuk mendapatkan pahala dari
Allah, hidup didunia ini tidak ada lain keinginannya hanya makan, minum,
memuaskan hawa nafsunya, maka sekali lagi… mereka ini lebih sesat dari binatang
!
Kalau binatang ternak mereka tau terhadap apa yang memberikan
manfa’at dan mudharat untuk mereka, serta ikut, patuh terhadap pengembala atau
pemiliknya, sungguh telah dikatakan, kalau binatang, mereka mengetahui Allah,
juga ta’at kepada Allah, Berdzikir kepada Allah Subhanahu wata’alaa. Sementara
orang-orang ini yakni orang-orang kafir, yang mereka sesungguhnya diciptakan untuk
beribadah hanya kepada Allah semata,
namun mereka mengkafiri-Nya dan menyekutukan-Nya. Oleh karna itu siapa yang
ta’at kepada Allah dari kalangan Hamba ini, maka sungguh betapa mulia
kedudukannya, namun siapa yang Kafir, atau berbuat syirik kepada Allah maka
binatang lebih sempurna, lebih baik daripadanya. Maka renungkanlah…! Sudahkah
kalian mempergunakan segala kenikmatan yang Allah berikan kepada kalian
terkhusus Hati, Mata, Telinga yang sebenarnya Allah ciptakan sebagai sebab
untuk mendapatkan Hidayah, dan Pada apa-apa yang diridhoi oleh Allah Subhanahu
wata’alaa ?
Telah dikeluarkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dan Ibnu majah dari
Hadits Anas Radhiyallahu ‘Anhu dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa sallam
bersabda :
كل
بنى آدم خطاء, وخير الخطائين التوابون
Setiap anak adam senantiasa banyak berlaku kesalahan, dan sebaik-baik
orang yang salah adalah orang yang senantiasa banyak bertaubat. Dishohihkan oleh asy-Syekh Alalbany Rahimahullah.
Juga dalam sabdanya yang lain, dalam hadits Qudsi yang dikeluarkan
oleh Al-Imam Muslim Rahimahullah dari Hadits Abu Dzarr Radhiyallahu
‘Anhu, dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam beliau meriwayatkan
dari Rabbnya, bahwasanya Allah Subhanahu wata’ala berfirman, dalam
hadits yang cukup panjang…
.................ياعبادى
إنكم تخطئون بالليل والنهار....
…Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya kalian telah berbuat dosa
siang dan malam…
Sekali lagi…Renungkanlah wahai orang-orang yang berakal…apakah
kalian, termasuk akal-akal kalian tersebut, selamat dari kesalahan ?
4.
Bahwasanya
Ahlu Sunnah Wal Jama’ah dalam memahami Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman as-Salafush
Sholih, yaitu dengan pemahaman orang-orang yang telah mendahului engkau
dalam agama ini, mereka adalah para Shahabat, Tabi’in, maka tidak berhak bagi
orang-orang yang datang setelah mereka untuk mendapatkan berbagai macam keutamaan, keselamatan, kecuali dengan
mengikuti mereka.
Maka, setelah kita Ittiba’ kepada Al-Kitab dan Sunnah wajib bagi
kita untuk Ittiba’ kepada manhaj as-Salafush Sholih dalam memahami agama ini,
yang paling terdepan dari kalangan mereka adalah, kaum Muhajirin dan Anshar,
dan yang paling terdepan dari kalangan Muhajirin dan Anshar adalah, Al-Khulafaur
Rasyidun ; Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali Radhiyallahu ‘anhum Ajma’in,
Allah berfirman ;
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama [masuk Islam]
dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.[QS.At Taubah ; 100.]
Orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, adalah mereka yang
mengikuti manhaj Muhajirin dan Anshar, kenapa kita mengikuti mereka ? dikarnakan
mereka mengikuti Al-kitab dan Sunnah, dan ini persaksian dari Allah Subhanahu
wata’alaa bagi mereka Muhajirin dan Anshar bahwa mereka betul-betul berada
di atas AL-HAQ SEMATA. Maka kita wajib untuk mengikuti mereka, wajib untuk
bertaqlid kepada mereka, dikarnakan dengan tegas Rasulullah Shalallah
‘Alaihi wasallam menyatakan untuk mengikuti mereka,
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين
المهديين من بعدي
Wajib atas kalian berpegang teguh dengan Sunnahku dan Sunnah
Al-Khulafaur Rasyidun yang telah mendapatkan petunjuk sepeninggalku..Hadits Shohih Dikelurkan oleh Al-Imam Ahmad, Abu Dawud dan
At-tirmidzi, dan selain mereka.
Dan Rasul Shalallahu ‘Alaihi wasallam telah bersabda ketika
menjelaskan golongan yang selamat, mereka adalah ;
هم
من كان على مثل ما أنا عليه اليوم وأصحابي
Mereka adalah orang-orang yang berada seperti apa yang aku berada
diatasnya hari ini dan para Shahabatku.Hadits
Shohih yang diriwayatkan oleh Alimam At-tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, dan selain
mereka.
Rasul
Shalallahu ‘Alaihi wasallam menyebutkan Shahabatnya dalm Hadits tersebut,
dikarnakan mereka berada diatas Manhaj yang lurus, mereka lebih faham dari
kita, mereka lebih dekat dari kita pengetahuannya terhadap Al-kitab dan Sunnah,
mereka langsung mengambil ilmu dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wasallam,
berjihad bersama beliau, mereka menyaksikan turunnya ayat, dan mengetahui
penta’wilannya, mereka lebih tau daripada kita, mereka adalah Ummat yang paling
baik hatinya, paling dalam ilmunya, dan paling sedikit takallufnya, paling
lurus petunjuknya, paling baik keadaannya, satu kaum yang Allah pilih sebagai
Shahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wasallam, maka kenalilah keutamaan-keutamaan
mereka, dan ikuti jejak-jejak mereka, karna sesungguhnya mereka berada diatas
hidayah yang lurus.
Maka ketahuilah, semoga Allah merahmati pembaca, bahwasanya tidak
sempurna keislaman seorang hamba sampai dia It-tiba’, membenarkan, berserah
diri, siapa yang menyangka bahwa masih ada sesuatu dari perkara agama Islam
yang tidak disampaikan oleh Shahabat Rasulullah Shalallahu ‘Alahi wasallam,
sungguh dia telah mendustai mereka, dan cukup baginya sebagai perpisahan, dan
sebagai celaan terhadap mereka, maka dia seorang Ahlul Bid’ah, sesat, orang yang
mengada-ngada terhadap agama Islam ini yang tidak ada dasar padanya.
Allah Subhanahu wata’alaa berfirman ;
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas petunjuk
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin [ Para
Shahabat ], Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya
itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali.[QS.An-Nisa ; 115.]
Juga dalam firmannya ;
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama [masuk Islam]
dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya
selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.[QS.At-Taubah
;100.]
Dan juga firmannya ;
Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana
orang-orang [ yakni Para Shahabat ] telah beriman." Mereka menjawab:
"Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah
beriman?" ketahuilah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh;
tetapi mereka tidak tahu.[QS.Al-Baqarah ;13]
Dan masih banyak lagi ayat dan hadits-hadits yang menunjukkan
wajibnya untuk kita memahami agama ini dengan pemahaman mereka, meneladani
mereka, serta ancaman yang keras terhadap siapa saja yang menyelisihi mereka.
Demikian pula Rasul Shalallahu ‘Alaihi wasallam telah memuji
tiga generasi setelah mereka para Shahabat Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in.Rasulullah
Shalallahu ‘Alahi wasallam bersabda pada hadits yang Shohih yang
dikeluarkan Oleh Al-Imam Al-Bukhary dan Muslim, dari Shahabat ‘Abdullah Bin
Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu ;
خير الناس قرني, ثم الذين يلونهم, ثم
الذين يلونهم
Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian setelahnya, kemudian
setelahnya.
Berkata Rawi ; Aku tidak tau beliau menyebutkan setelah masanya,
dua masa atau tiga masa.
Aku memohon kepada Allah mundah-mundahan
bermanfa’at bagi saya dan kalian, serta kaum Muslimin secara umum, dan
mundah-mundahan Allah senantiasa mengkokohkan kita diatas manhaj Para as-Salafush
Sholih dalam beragama, berakhlaq, bermu’amalah, dan dari seluruh sisi kehidupan
kita, selalu Ikhlash dan It-tiba’ kepada Allah dan Rasul-Nya , serta mewafatkan
kita diatas hal demikian itu dalam keadaan Husnul Khotimah.
الحمد
لله رب العالمين
محمد رفقى ابن جنيدى الكلمنتني حفظه الله تعالى