عن
جابر رضي الله عنه أَنَّ رسول الله صلى الله عليه سلم قال : من قال حين يسمع
النداء : اللهم رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، والصَّلاةِ القَائِمَةِ،
آتِ مُحَمَّداً الوَسِيْلَةَ والفَضِيْلَةَ، وابْعَثُهُ مَقَاماً مَحْمُوْداً الذي
وَعَدْتَهُ، حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمُ القِيَامَةِ. رواه البخارى
Dari
Jabir Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda :
barang siapa yang mengucapkan ketika mendengar adzan :
اللهم
رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، والصَّلاةِ القَائِمَةِ، آتِ مُحَمَّداً
الوَسِيْلَةَ والفَضِيْلَةَ، وابْعَثُهُ مَقَاماً مَحْمُوْداً الذي وَعَدْتَهُ.
“Ya
Allah, rabb seruan yang sempurna ini, dan rabb sholat yang ditegakkan ini.
Berilah Muhammad wasilah [derajat yang tinggi di sorga] dan keutamaan dan
kedudukan yang terpuji yang Engkau janjikan kepadanya”.
Hadits yang mulia ini menunjukkan akan keutamaan
bagi siapa yang mengucapkan do’a ini setelah mendengar adzan di kumandangkan
dia bersholawat kpd Nabi Shalalallahu alaihi wasallam kemudian setelah itu dia
membaca do’a diatas, maka halal untuknya syafa’at Rasulullah dihari kiamat
kelak. Subhanallah ! sebuah keutamaan yang sangat besar.
Juga menunjukkan akan keutamaan yang diberikan
oleh Allah kepd Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam.
Sungguh Allah Azza wa Jalla telah berjanji akan
memberikan kpd beliau kedudukan yang terpuji sebagaimana dalam firman Allah
Azza wa Jalla :
“Dan pada sebahagian malam hari
bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”QS Al-isra : 79
Maka diantara kedudukan yang terpuji adalah : syafa’atul udhma.
Manusia pada hari kiamat akan merasakan
kesusahan, kegelisahan, mereka tidk mampu untuk menahannya pada hari yang
sanggat mengerikan itu yang lamanya selama lima puluh ribu tahun ! berada di
atas satu hamparan, seorang memanggil akan terdengar dan seorang yang melihat
akan terlihat nampak semuanya, tubuh-tubuh mereka dalam keadaan telanjang serta
tidak beralas kaki, mata-mata terbelalak, mereka tidak memiliki sedikitpun
kekuasaam untuk mendatangkan kemamfa’atan untuk dirinya dan tidak pula
kemudharatan, seseorang akan lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari
anak dan orang tuanya, matahari didekatkan diatas kepala mereka sejarak satu
mil, tidak ada disana sesuatu yang bengkok, tidak pula sesuatu yang bergelombang
dan tidak pula ada sesuatupun untuk berteduh dan bernaung*, tidak ada bangunan,
setiap manusia akan sibuk dengan dirinya sendiri tidak sempat mengurus, melihat
kpd selainnya. Maka mereka meminta untuk memberikan syafa’at untuk mereka
disisi Allah, mereka datang kpd Nabi Adam, kemudian Nuh, kemudian Ibrohim,
kemudian Musa, kemudian ‘Isa, hingga sampai kpd Nabi kita Muhammad shalallahu
alaihi wasallam Beliau akan datang ke hadapan Allah lalu bersujud dan memuji
Rabb-nya setelah itu dikatakan kepd beliau :
“Angkat kepalamu, berkatalah niscaya ucapanmu
akan didengar. Mintalah niscaya permintaanmu akan dikabulkan dan berilah
syafaat niscaya syafaatmu akan diterima”.
Maka sepantasnya untuk kita apabila mendengar
muadzin mengumandangkan adzan mengucapkan seperti apa yang di ucapkan oleh
muadzin walaupun saat kita membaca al-Qur’an, kita berhenti sebentar untuk menjawab
muadzin kemudian setelah selesai kita lanjutkan kembali qiro’ah, kecuali pada
lafadz “Hayyalas sholah dan hayyalal falah” maka jawabanya lain.
kemudian setelah selesai adzan kita bershalawat
kpd Nabi Shalallahu alaihi wasallam setelah itu membaca do’a di atas.
KHILAF ULAMA RAHIMAHULLAH
Terhadap orang yang sedang sholat : apakah
menjawab adzan muadzin atau tidak ?
Syekhul islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berpendapat
: ia, walaupun engkau sedang sholat, karena adzan adalah dzikir tidak
membatalkan sholat, dan Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda : “ Apabila
kalian mendengar muadzin maka katakanlah
seperti apa yang dia katakana. HR.Muslim dari hadits Abdullah bin Amr
Radhiyallahu anhuma.
Dan tidak diperkecualikan satu keadaan dari
keadaan-keadaan.
Akan tetapi Jumhur/ kebanyakan Ulama mengatakan :
apabila engkau sedang sholat maka jangan menjawab adzan muadzin. Karena sholat
didalamnya terdapat kesibukkan secara khusus, sementara adzan panjang, dikhawatirkan
terlalu banyak menyibukkan.
Namun jikalau engkau bersin sementara engkau dalam
keadaan sholat maka katakan : Alhamdulillah, ini tidak mengapa, karena
satu kalimat yang tidak mungkin akan terlalu menyibukkanmu dari sholat, adapun
menjawab adzan yang panjang maka jangan menjawab muadzin, namun jika engkau
selesai sholat maka jawablah adzan tadi. Karena engkau telah terhenti dari
kesibukkanmu terhadap sholatmu.
Demikian pula saat engkau buang hajah, lalu
muadzin adzan maka jangan menjawab adzan tersebut. Karena kalimat adzan adalah
dzikir, namun apabila engkau selesai dan telah keluar dari WC maka jawablah.
Ada yang berpendapat : tetap di jawab, namun
dengan hatinya. Hanya saja pendapat ini perlu dilihat, kenapa ? karena sabda
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam :
"فقولوا مثل ما يقول"
“maka
jawablah seperti apa yang dia katakan”
Mengikuti dengan hati tidak teranggap sebagai
ucapan.
Demikian pula saat kita mendengar beberapa
muadzin mengumandangkan adzan apakah dijawab semua adzan yang dikumandangkan ?
Maka jawabannya : apabila satu adzan sedang
dikumandangkan lalu dikundangkan lgi adzan yang kedua di masjid yang lain,
sementara adzan yg pertama tadi belum selesai/ sempurna maka sibukkan/ jawablah
adzan yang pertama dan tidak ada kewajiban kpdmu adzan yang kedua, adapun jika engkau
mendengar adzan yang kedua setelah adzan yang pertama selesai maka jawablah/
ikutilah, karena ini merupakan perkara yang baik dan masuk dalam keumuman sabda
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam :
"فقولوا مثل ما يقول"
“maka
jawablah seperti apa yang dia katakan”
Akan tetapi para Ulama rahimahullah mengatakan
kondisi yang seperti ini terhadap orang yang tidak dalam keadaan sholat.
وصلى
الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar