‘Ulama
adalah : ‘Ulama syari’at mereka yang membawa warisan Nabi Shalallahu alaihi
wasallam, karena Ulama adalah pewaris para Nabi, para Nabi mereka tidak
mewariskan dirham tidak pula dinar akan tetapi mereka mewarisi ilmu, siapa yang
mengambilnya sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak.
Apabila
para Nabi alahimus sholatu wasalam memiliki hak untuk dimuliakan, diagungkn
serta di kedepankan maka orang-orang yg merupakan pewaris mereka pun dimuliakan,
diagungkan serta di kedepankn juga.
Maka
dengan memuliakn Ulama artinya telah memuliakan syareat, karena mereka yg
membawa syareat tersebut, oleh karenanya siapa yg merendahkan ulama artinya dia
telah merendahkan syareat, apabila para Ulama terendahkan dan jatuh di depan
mata-mata manusia, maka syareat yang dibawa oleh merekapun demikian, akan tidk
ada harganya di hadapan manusia.
Maka
dari itu dilarang mencela para Ulama Rahimahullah, mereka adalah
orang-orang yg mulia, tidaklah sama antara mereka dengan selain mereka.
Allah
Azza wa Jalla berfirman :
﴿ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي
الَّذين يَعْلَمُوْن والّذين لا يَعْلَمُوْنَ إنَّما يتذكَّر أُوْلوا الألباب ﴾
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.QS.AZ
ZUMAR : 9
Ayat
yang mulia ini salah satu ayat yang menunjukkan akan keutamaan para ‘Ulama Rahimahullah.
Yakni
: tidaklah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui, kenapa ? karena orang jahil tersifati dengan celaan sedangkan ahlul
ilmi tersifati dengan sifat pujian, oleh karenanya, sebagai contoh : saat kita katakan
pada seseorang anda adalah orang yang jahil, tentu dia akan marah dan
mengingkari, hal ini menunjukan kejahilan merupakan aib dan tercela, setiap
orang akan berusaha lari dari kejahilan, sementara ilmu adalah kebaikkan, maka
tidaklah sama antara orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak
berilmu dalam apapun keadaannya.
Orang
‘alim mereka beribadah kepada Allah diatas bashirah[ilmu], mereka mengetahui
bagaimana tatacara wudhu, sholat, zakat, puasa, haji, berbuat baik terhadap
kedua orng tua, serta bagaimana tatara silahturahim, dsb.
Maka
seorang Alim menunjuki manusia kearah yg dicintai oleh Allah :
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia
Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya
itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang
yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar
dari padanya?.QS.al An’am : 122
maka
seorang Alim adalah cahaya, sementara orang jahil adalah aib, tidak bisa
memberikan manfaat untuk dirinya tidak pula pada selainnya, bahkan jika dia
berfatwa dengan kejahilannya maka akan bermudharat pada dirinya dan pada
selainnya.
وصلى
الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
محمد رفقي ابن جنيدي
9
Alasan Kenapa Tidak Boleh Mencela Ulama
1) Karena ulama adalah wali Allah
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits qudsi yang panjang, Allah ta’ala
berfirman:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ
آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
“Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku,
sungguh aku telah mengumumkan perang kepadanya…” [HR. Al-Bukhari no. 6502 dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Al-Imam
Abu Hanifah rahimahullah berkata:
إن لم يكن الفقهاء أولياء الله فليس
لله ولي
“Apabila para fuqaha’ (ulama) bukan
wali-wali Allah, maka Allah tidak memiliki wali”
Al-Imam
Asy-Syafi’i rahimahullah berkata:
إن لم يكن الفقهاء أولياء الله في
الآخرة فما لله ولي
“Apabila para fuqaha’ (ulama) bukan
wali-wali Allah di akhirat, maka Allah tidak memiliki wali”
‘Ikrimah
rahimahullah berkata:
إياكم أن تؤذوا أحداً من العلماء، فإن
من آذى عالماً فقد آذى رسول الله - صلى الله عليه وسلم -
“Berhati-hatilah kalian, janganlah
menyakiti salah seorang pun dari ulama. Barangsiapa yang menyakiti seorang
ulama, sungguh ia telah menyakiti rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”
Asy-Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata:
فالذي يعادي أولياء الله يقول الله -
عز وجل- : ( فقد آذنته بالحرب ) ، يعني أعلنت عليه الحرب.فالذي يعادي أولياء الله محارب لله ـ
عز وجل ـ نسأل الله العافية ، ومن حارب الله فهو مهزوم مخذول لا تقوم له قائمة
“Allah ‘azza wajalla berfirman kepada
orang-orang yang memusuhi para wali-Nya:
فقد آذنته بالحرب
‘Aku telah mengumumkan perang
kepadanya’
Orang-orang
yang memusuhi para wali Allah, mereka sedang memusuhi Allah ‘azza wajalla. Kami
memohon kepada Allah keselamatan. Barangsiapa yang memusuhi Allah, maka ia akan
kalah, terhina, serta tidak akan ada yang dapat menolongnya” [Syarh
Al-Arba’in An-Nawawiyah]
2) Karena kebinasaan ulama merupakan kebinasaan umat,
Hilal
bin Khabbab berkata: ”Aku bertanya kepada Sa’id bin Jubair, wahai Abu Abdillah,
apa tanda kebinasaan manusia?”
Sa’id
bin Jubair rahimahullah menjawab:
إذا هلك علماؤهم
“Apabila ulama mereka telah binasa”.
Mencela ulama berarti mendoakan kebinasaan bagi umat, sedangkan mendoakan kebaikan bagi ulama berarti mendoakan kebaikan bagi umat.
3) Karena mencela ulama menyelisihi aqidah ahlus-sunnah
wal jama’ah as-salafiyyah
Abu Hatim Ar-Razi rahimahullah berkata:
عَلامَة
أهل الْبدع الوقيعة فِي أهل الأَثر
“Ciri-ciri
ahlul bid’ah adalah mencela ahlul atsar (ulama ahlus-sunnah).”
Abu ‘Utsman ash-Shabuni rahimahullah berkata:
Abu ‘Utsman ash-Shabuni rahimahullah berkata:
وعَلاماتُ
أَهلِ البدَعِ عَلى أَهلِهَا بَادِيَةٌ ظَاهِرَةٌ، وأَظهرُ آيَاتِهِمْ
وعَلاَمَاتِهِمْ شِدَّةُ مُعَادَاتِهِمْ لِحَمَلةِ أَخْبَارِ النَّبِيِّ- صلى الله
عليه وعلى آله وسلم- وَاحْتِقَارُهِمْ لَهُمْ، وَاسْتِخْفَافُهِم بِهِمْ
“Tanda-tanda ahlul bid’ah pada diri
seseorang sangat jelas dan tampak. Tanda-tanda dan ciri-ciri mereka yang paling
tampak adalah permusuhan yang sangat kuat terhadap para pengemban
hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, pelecehan, dan perendahan
terhadap mereka.”
Abu
Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah berkata:
وعلماء السلف من السابقين، ومن بعدهم
من التابعين، أهل الخير والأثر، وأهل الفقه والنظر – لا يذكرون إلا بالجميل، ومن
ذكرهم بسوء فهو على غير سبيل
“Ulama salaf terdahulu dan para tabi’in
setelahnya, ahlul-khair, ahlul-hadits, dan para fuqaha (ulama), tidak boleh
menyebutkan mereka kecuali kebaikan. Barangsiapa yang menyebutkan mereka dengan
keburukan, maka ia tidak bereada di jalan (yang lurus)”
4) Karena setiap ulama pasti memiliki ketergelinciran dan
kesalahan
Asy-Syaikh
Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:
نعم أنا لا أقول إن العلماء معصومون
وأنهم لا يخطئون ؛ العصمة لكتاب الله وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم ؛ والعلماء
يخطئون ولكن ليس العلاج أننا نشهر بهم وأننا نتخذهم أغراضاً في المجالس في المجالس
؛ أو ربما على بعض المنابر أو بعض الدروس لا يجوز هذا أبداً ؛ حتى لو حصلت من عالم
زلة أو خطأ فإنَّ العلاج يكون بغير هذه الطريقة.
قال تعالى : (إِنَّ الَّذِينَ
يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا
تَعْلَمُونَ) [النور : 19].
نسأل الله العافية والسلامة ، فالواجب
أن نتنبه لهذا الأمر وأن يحترم بعضنا بعضاً لا سيما العلماء ، فإنَّ العلماء ورثة
الأنبياء ولو كان فيهم ما فيم
“Iya, aku tidak menyatakan bahwa para
ulama makshum, tidak pernah salah. Kemakshuman hanya terdapat dalam
kitab Allah dan sunah rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Para ulama
memiliki kesalahan, namun cara memperbaikinya bukan dengan mencela mereka di
muka umum, atau membicarakan mereka di majelis-majelis, di mimbar-mimbar, atau
dalam sebagian pelajaran. Perbuatan ini tidak diperbolehkan, meskipun
ulamatersebut memang terjatuh dalam ketergelinciran atau kesalahan. Cara
memperbaikinya bukan dengan cara-cara seperti itu.
Allah
ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ
تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang
menyukai tersebarnya keburukan di antara orang-orang mukmin, mereka akan
mendapatkan azab yang pedih di dunia dan akhirat.
Allah Maha Mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui”
[An-Nuur: 19]
Kita
memohon kepada Allah kesehatan dan keselamatan. Kita wajib memperhatikan
perkara ini, saling menghargai satu sama lain, terutama para ulama, karena
mereka adalah pewaris para nabi, meskipun pada diri mereka terdapat kekurangan”
[Muhadharaat fil Aqidah wad Da’wah, 2/184]
5) Karena mencela ulama menyebabkan kehinaan bagi
pelakunya di dunia dan akhirat
Asy-Syaikh
Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:
وما رأينا أحداً وقع في أعراض العلماء
والمؤمنين إلا ويفضحه الله سبحانه وتعالى ويلقي عليه الذلة والمهانة والبغض في
قلوب المؤمنين ، يبغضونه ولا يقبلونه أبداً هذا من الله سبحانه وتعالى
“Tidaklah aku mengetahui seorang pun
yang menjatuhkan kehormatan para ulama dan orang-orang mukmin, kecuali Allah
subhanahu wata’ala akan membongkar aib-aibnya, Allah akan melemparkannya ke
dalam kerendahan, kehinaan dan rasa benci dalam hati-hati kaum mukminin.
Orang-orang yang beriman akan membencinya dan ucapannya tidak akan diterima
selama-lamannya. Ini adalah (balasan) dari Allah subhanahu wata’ala” [Muhadharaat
fil Aqidah wad Da’wah: 3/313]
6) Karena kesalahan ulama yang sedikit telah ditutup oleh
keutamaan dan
kebaikannya
yang banyak
Asy-Syaikh
Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:
فالواجب علينا أن نعرف قدر علمائنا
وأن نحترمهم ، وأن لا نقبل الوشاية فيهم .لا نقول أن العلماء معصومون لا يقع
منهم أخطاء ، بل يقع منهم خطأ ، ولكن فضائلهم وما عندهم من الخير يغطي ما يقع منهم
من الأخطاء ، ولسنا مكلفين بتتبع عورات المسلمين وإفشائها والتحدث عنها
“Kita wajib mengetahui kedudukan ulama
kita, serta memuliakan mereka. Kita tidak menerima celaan kepada mereka. Kita
tidak menyatakan bahwa para ulama makshum, tidak pernah salah, bahkan
terkadang mereka terjatuh dalam kesalahan. Akan tetapi keutamaan dan
kebaikan-kebaikan mereka akan menutup kesalahan-kesalahannya. Kita tidaklah
dituntut untuk mencari-cari aib kaum muslimin, menyebarkannya dan
membicarakannya” [Muhadharaat fil Aqidah wad Da’wah: 3/312]
7) Karena mencela ulama termasuk dosa besar
Asy-Syaikh
Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:
فالغيبة والنميمة حرام وكبيرتان من
كبائر الذنوب بين عامة الناس فكيف بالعلماء ! غيبة العلماء والوقيعة في العلماء ،
والكلام في العلماء بما يجرحهم أشد أنواع الغيبة وأشد أنواع النميمة
“Ghibah dan namimah (adu
domba) antara manusia adalah haram, bahkan termasuk dosa besar, bagaimana jika
ghibah dan namimah antar ulama? Ghibah terhadap ulama, melecehkan dan
pembicaraan yang menjurus celaan pada ulama, hal itu termasuk
jenis ghibah dan namimah yang paling keras.”
[Muhadharaat fil Aqidah wad Da’wah: 3/310]
8) Karena ulama berhak berijtihad dan kesalahannnya telah
diampuni
Asy-Syaikh
Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:
والعالِم إذا اجتهد وأصاب فله أجران،
وإذا اجتهد فأخطأ فله أجر واحد، والخطأ مغفور .وما من أحد استخفّ بالعلماء إلاّ وقد
عرّض نفسه للعقوبة ، والتاريخ خير شاهد على ذلك قديمًا وحديثًا
“Apabila seorang ulama berijtihad, lalu
ia tepat, maka ia memperoleh dua pahala. Apabila ia berijtihad, lalu ia keliru,
maka ia memperoleh satu pahala, kesalahannya telah diampuni.
Tidaklah seorang pun yang meremehkan para ulama, kecuali ia telah
menyerahkan dirinya kepada azab. Sejarah di masa lalu
maupun masa kini telah menjadi saksi atas hal itu.” [Al-Ajwibah
Al-Mufidah]
9) Karena mencela ulama akan membuat manusia lari dari
dakwah
Asy-Syaikh
Rabi’ Al-Madkhali hafizhahullah pernah ditanya:
ما حكم الطعن في العلماء ودعاة السنة؟
“Apa hukum mencela para ulama dan
da’i-da’i ahlus-sunnah?”
Beliau
menjawab:
هذا أمر خطير جدا -يعني- نقد أهل الحق
والطعن فيهم هذا يفضي إلى الطعن في دين الله، لأن هذا يصد عن سبيل الله، لأن هذا
الذي يطعن في أهل الحق، الدعاة إلى الحق، الدعاة إلى التوحيد، الدعاة إلى محاربة
الشرك والبدع والضلال، الطعن فيهم ينفر عن سبيل الله تبارك وتعالى…
“Perkara ini sangat berbahaya yaitu
membantah ahlul-haq serta mencela mereka. Perbuatan ini akan mengantarkan
celaan kepada agama Allah. Karena perbuatan ini akan membuat lari (manusia)
dari jalan Allah, karena seorang yang mencela ahlul-haq, mencela da’i-da’i yang
mendakwahkan al-haq, mencela da’i-da’i penyeru tauhid, mencela da’i-da’i yang
memerangi kesyirikan, bid’ah dan kesesatan, celaan kepada mereka akan membuat
(manusia) lari dari jalan Allah tabaraka wata’ala” [Kaset berjudul Wujubul
Ittiba’ La Al-Ibtida’]
Sumber: Al-I’lam
bi Hurmati Ahlil Ilmi Wal Islam
Ditulis
oleh Abul-Harits di Madinah, 13 Shafar 1436
Tidak ada komentar:
Posting Komentar