Sabtu, 31 Januari 2015

Permudahkanlah jangan di persulit bag II




.      Rasul Shalallah alaihi wasallam mengatakan : ولا تعسرو  [ dan janganlah kalian mempersulit ] yakni, jangn kalian tempuh jalan-jalan yang mempersulit, baik dalm ibadah kalian, mu’amalah kalian, dan tidk pula pada selain itu, karena sesungguhnya hal yg demikian ini dilarang maka jangn mempersulit.
Suatu saat Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam melihat seseorang sedang berdiri ditengah terik matahari Maka beliau bertanya tentang orang ini, orang-orang saat itu menjawab : Wahai Rasulullah dia sedang puasa, dia telah bernadzar saat berpuasa dia akan berdiri ditengah teriknya matahari, maka beliaupun melarannya, dan beliau berkata kepdnya : “jangan engkau berdiri ditengah terik matahari”. Kenapa Rasulullah seperti ini ? maka jawannya adalah : dikarenakn hal seperti ini bentk dari kesulitan, dan masyaqqah, sementara Rasulullah telah mengatkn : Jangn kalian mempersulit.
3.      Rasul Shalallahu alaihi wa sallm mengatakn : وبشروا   [ dan berilah kabar gembira ] yakni, jadikanlah thariqah kalian selalu dalam kegembiraan, berikanlah kabar gembira pada jiwa-jiwa kalian dan kepd selain kalian, yakni apabila kalian beramal dengan satu amalan maka bergembiralah dan beri kegembiran pd jiwamu, karena apabila engkau telah beramal shalih maka bergembiralah bahwasanya Allah menerimanya darimu apabila engkau bertaqwa pada-Nya, karena Allah telah mengatakan : Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa." Al Maidah : 37.
Apabila engkau berdo’a kepd Allah maka bergembiralah, karena Allah mengabulkan do’a itu untkmu, Allah berfirman : "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.ghafir : 60. Oleh karena ini sebagian para Salaf mengatakan : siapa yang diberi taufiq untuk berdo’a maka bergembiralah dengan ijabah dari Allah : "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.ghafir : 60.
Maka jadikanlah thariqah kalian seperti ini pada jiwa kalian dan kepd selain kalian, berikanlah gembira pada jiwa-jiwa kalian dan berilah gembira pada jiwa-jiwa selain kalian, maka ini suatu kebaikkan semata.
4.      Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam mengatakan : ولا تنفروا [ dan jangan kalian membuat lari ] yakni, jangan kalian membuat lari manusia dari beramal shalih, dan jangn kalian membuat lari mereka dari jalan keselamatan, bahkan ajak mereka untuk berada diatasnya, hingga dalam ibadah-ibadah jangan kalian membuat lari manusia darinya. Diantara bentuk membuat lari manusia dari kebaikkan atau amal shalih adalah : Seorang imam memanjangkan qira’ahnya dalam sholat hingga melebihi sunnah, yg membuat jama’ah bisa lari dari ibadah yg dilaksanakn tersebut. Rasulullah pernah berkata pd seseorang : Sesungguhnya diantara kalian telah membuat lari, maka siapa diantara kalian yg mengimami manusia hendaknya ia meringankan.Muttafqn alaihi.
Maka jangn kalian membuat lari manusia dari kebaikkan, berlemah lembutlah kepada mereka, hingga dalam dakwah kalian kepd Allah jangan kalian menegakkan dakwah yg membuat lari manusia darinya. Jangan sampai engkau apabila melihat kemungkaran atau kemaksiatan engkau langsung mengatakan : engkau telah menyelisihi ini, engkau telah bermaksiat, tanpa engkau mengenal tempat, keadaannya de el el…maka yg seperti ini akn membuat dia semakin berada diatas jalannya dia. Maka hendaknya engkau seru mereka dengan cara-cara yg telah diajarkn oleh syariat, lemah lembut dan lain sbgnya hingga mereka mau menerimanya dan mengetahui apa yg engkau seru kepd mrk.
Maka ambilah hadits ini ayyuhal ikhwah sbg harta yg paling mahal bagimu : “Permudahkanlah dan jangan mempersulit, berilah kabar gembira dan jangn kalian membuat lari”. Berjalanlah kepda Allah diatas jalan ini, karena ini adalah asalnya. Dan tempuhlah jalan seperti ini terhadap hamba-hamba Allah maka engkau akan mendapatkan kebaikkan seluruhnya.
Baarakallah fiikm
Wa shalallahu ‘ala Nabiyinaa Muhammad wa aalihi wasallam
M. Rifqy bin Junaidy al kalimtany
Ma’had al Manshurah banjarbaru kal-sel indonesia


Minggu, 18 Januari 2015

Mengingat pemutus kelezatan



Allah Subhanahu wata’alaa berfirman “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”.QS.Ali ‘imran : 185
Didalam ayat yang mulia ini Allah Subhanahu wata’alaa mengingatkan hamba-hamba-Nya terhadap beberapa perkara, diantaranya :
 bahwasanya setiap yang bernyawa baik dari kalangan bani Adam  atau selainnya pasti dan pasti akan merasakan kematian, didalam ayat diatas Allah subhanahu wata’alaa menerangkan bahwasanya kematian akan dirasakan dengan rasa yang setiap manusia tidak senang dengannya.
Akan tetapi seorang Mu’min  yang mengatakan Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka istiqamah diatas itu semua, maka apabila ajal datang akan menghampirinya maka keadaannya sebagaimana yang Allah subhanahu wata’alaa khabarkan kepada kita Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." QS.fushshilat : 30
Wahai saudaraku…setiap yang bernyawa akan merasakan kematian, dia akan datang  dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya…
Wahai saudaraku…dimanapun kita berada kematian akan mendatangi kita sekalipun kita, yang kita sangka berada dibalik benteng yang sangat kokoh…
Wahai saudaraku…kematian akan mendatangi kita…dan kedatangannya tidak bisa ditunda-tunda barang sedetikpun…Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan [kematian] seseorang apabila telah datang waktu kematiannya.QS.al Munafiqun : 11
Maka apabila telah tiba waktunya [yang ditentukan] bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak [pula] mendahulukannya.QS.an nahl : 61
Wahai saudaraku…janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.QS. al Munafiqun :9
Wahai saudaraku…Bersemangatlah kepada hal yang memberikan manfa’at untukmu didunia dan akhirat berinfaqlah…dari sebagian harta yang dititpkan oleh Allah kepada engkau sebelum kematian mendatangimu…Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan [kematian]ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"QS.al Munafiqun : 10
Wahai saudaraku…ber’amal sholehlah…sebelum penyesalan yang tidak ada gunanya lagi mendatangimu “Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku [ke dunia], agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.QS. al Mu’minun :99-100
Wahai saudaraku…Tidaklah kita diciptakan untuk hidup numpang dibumi milik Allah ini melainkan untuk beribadah kepada-Nya…”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.QS.adz Dzariat : 56
Apakah engkau mengira, bahwa engkau akan dibiarkan begitu saja ? tidak diperitah dan tidak dilarang ?
Jawabannya : kita diperintah hanya untuk beribadah kepada Allah semata
Dan kita dilarang untuk menyekutukannya
Wahai saudaraku…tidaklah Allah mengutus para Nabi dan Rasul melainkan untuk memerintahkan kita untuk beribadah hanya kepada Allah…Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat [untuk menyerukan]: "Sembahlah Allah [saja], dan jauhilah Thaghut. QS.an Nahl : 36
Wahai saudaraku…kenapa…Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur, Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui [akibat perbuatanmu itu], dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui, Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan [yang kamu megah-megahkan di dunia itu].

Mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.QS. az Zumar : 18
Ma’had Al Manshurah Banjarbaru , senin malam 31-03-14. Muhammad Rifqy bin Junaidy

FAIDAH ‘ILMIYYAH



وعن عتبان بن مالك رضى الله عنه, وهو ممن شهد بدرا, قال : كنت أصلي لقومي بني سالم, وكان يحول بيني وبينهم واد إذا جاء الأمطار, فيشق علي اجتيازه قبل مسجدهم, فجئت رسول الله صلى الله عليه وسلم, فقلت له : إني أنكرت بصري, وإن الوادي الذي بيني وبين قومي يسيل إذا جاء الأمطار, فيشق علي اجتيازه, فوددت أنك تأتي, فتصلي في بيتي مكانا أتخذه مصلى, فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : { سأفعل } فغدا علي رسول الله صلى الله عليه وسلم وأبو بكر رضي الله عنه, بعد ما اشتد النهار, واستأذن رسول الله صلى الله عليه وسلم, فأذنت له, فلم يجلس حتى قال : أين تحب أن أصلي من بيتك ؟ فأشرت له إلى المكان الذي أحب أن أصلي فيه, فقام رسول الله صلى الله عليه وسلم, فكبر وصففنا وراءه, فصلى ركعتين, ثم سلم وسلمنا حين سلم, فحبسته على خزيرة تصنع له, فسمع أهل الدار أن رسول الله صلى الله عليه وسلم في بيتي, فثاب رجال منهم حتى كثر الرجال في البيت, فقال رجل : ما فعل مالك لا أراه, فقال رجل : ذلك منافق لا يحب الله ورسوله, فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لا تقل ذالك ألا تراه قال : لا إله إلا الله يبتغي بذالك وجه الله تعالى ؟ فقال : الله ورسوله أعلم, أما نحن فوالله مانرى وده, ولا حديثه إلا إلى المنافقين, فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : فإن الله قد حرم على النار من قال : لا إله إلا الله يبتغي بذالك وجه الله. متفق عليه
Dan dari ‘itban bin Maalik Radhiayallahu ‘anhu, dan beliau termasuk pahlawan perang Badr, beliau mengatakan : Aku sholat mengimami kaumku bani saalim, adalah menghalangi antara rumahku dan kaumku sebuah lembah yang apabila hujan datang mengalir padanya air, maka akupun merasa susah untuk melewati dan melihat kearah masjid mereka, maka akupun datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan akupun berkata kepada beliau : sesungguhnya aku mengingkari kedua mataku [ ya’ni menyandarkan kepada hal yang demikian itu bahwasanya penglihatannya lemah sehingga beliaupun merasa susah dari dua sisi, sisi berjalan mendatanginya dan dari sisi mata dan melihat.pent ]sesungguhnya lembah yang menghalangi rumahku dan kaumku mengalir air apabila hujan datang, aku merasa susah untuk datang dan melihat, maka aku senang untuk engkau datang sholat dirumahku pada satu tempat yang aku jadikan sebagai tempat sholat, Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda { saya akan lakukan } maka Rasulullah dan Abu Bakrpun mendatangiku di keesokkan harinya setelah panas terik matahari, Rasulullahpun meminta idzin untuk masuk, akapun mengidzinkan untuk beliau, beliau tidak duduk hingga beliau mengatakan : { dimana engkau senang untuk aku sholat di rumahmu ? } maka akupun mengisyaratkan kepada beliau ketempat yang aku senang sholat padanya, maka beliaupun berdiri lalu bertkbir, kamipun bershaf dibelakang beliau, lalu beliau sholat dua raka’at, kemudian salam dan kamipun salam ketika beliau salam, lalu akupun menahan beliau kepada makanan yang dibuat untuk beliau, maka Ahlu daar pun telah mendengar Rasulullah berada dirumahku, maka sebagian merekapun datang dan berkumpul hingga merekapun banyak dirumah, berkata seseorang : apa yang dilakukan oleh maalik aku tidak melihatnya, seorangpun berkata : itu munafiq dia tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka Rasulullahpun berkata : { Jangan engkau katakan yang demikian itu tidakkah engkau melihat di mengatakan : Laa ilaha ilallaah yabtaghi bidzalika wajhallahi ta’alaa ? }maka orang itupun mengatakan : Allah wa Rasuluhu a’lam, adapun kami, demi Allah tidak melihat persahabatannya, tidak pula pembicaraannya kecuali kepada orang-orang Munafiqin, maka Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasallampun berkata : { fainnallaha qad harrama ‘alan naar man qaala : Laa ilaha ilallah yabtaghi bidzalika wajhallah } Muttaqan ‘alahi
Faidah Hadits :
1.      Bahwasanya siapa yang keadaannya seperti shahabat ‘Itbaan bin Maalik Radhiayallahu ‘anhu, maka baginya udzur untuk tidak sholat berjama’ah, dan baginya sholat dirumah, ya’ni seperti antara rumah dan masjid terdapat lembah yang dia tidak mampu untuk melewatinya, maka baginya udzur.
2.      Boleh seseorang mengatakan “ saya akan lakukan atau saya akan mendatangimu” walaupun dia tidak mengatakan Insya Allah. Lalu bagaimanakah jika ada yang mengatakan : bagaimana cara mengkompromikan antara ini dengan firman Allah yang terdapat didalam surat al Kahfi ayat 23-24 ? maka kita katakan :
Sesungguhnya yang mengatakan “ saya akan mendatangi kamu besok, atau yang semisal dengannya” maka baginya dua niat :
·         Dia mengatakan yang demikian itu dengan ucapan yang pasti jazm disertai dengan perbuatan ingin melakukannya, maka ucapan yang seperti ini jangan dia ucapkan kecuali harus desertai INSYA ALLAH, dikarnakan dia tidak tau apakah dia akan mendatangi besok atau tidak, dia juga tidak tau apakah dia mampu untuk melangkah mendatanginya atau tidak, dia juga tidak tau kalau disana antara dia dan siapa yang dia ingin datangin ada penghalang.
·         Dia mengatakan “saya akan lakukan” dia menginginkan dari ucapannya ini hanya sekedar mengkhabarkan apa yang ada dalam hatinya dari keinginan, namun tanpa dia maksudkan untuk melakukannya, maka hal yang seperti ini tidak mengapa, dikarnakan dia berbicara tentang sesuatu yang hadhir, seperti jika ada yang mengatakan kepadamu : apakah engkau safar kemakkah ? maka kita jawab : ia, saya akan safar, ya’ni hanya sekedar mengkhabarkan apa yang ada dalam hati dari keinginan melakukan safar, ini sesuatu yang hadir dapat dilakukan, adapun jika engkau ingin melakukannya, dan terjadi pada engkan bahwasanya betul-betul ingin melakukan safar, maka ini tidak boleh kecuali harus disertai Insya Allah.
3.      Bahwasanya seseorang diberi udzur meninggalkan sholat berjama’ah, jika antara rumah dengan masjid ada yang menghalangi berupa air atau yang semisal dengannya sehingga susah untuk mendatangi jama’ah, maka diberi udzur. Dan  merupakan petunjuk Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam apabila malam hujan lebat untuk mengumandangkan adzan sholat dirumah-rumah kalian, hal yang demikian itu agar tidak memberatkan manusia. Adapun apabila air yang tidak begitu susah untuk dilewati maka tidak ada udzur bagi seseorang untuk meninggalkan sholat berjama’ah.
4.      Bahwasanya tempat sholat dirumah tidak berlaku hukumnya seperti tempat sholat dimasjid, jikalau seandainya seseorang menjadikan mushalla dirumahnya dia tidak sholat kecuali ditempat itu, maka tetap tidak bisa dihukumi sebagai masjid, sama saja apakah dia yang membuat tempat tersebut ataukah dibuat oleh orang lain. Boleh baginya tinggal ditempat tersebut dalam keadaan junub, apabila dia ingin duduk tidak wajib baginya untuk tahiyyatul masjid apalagi tahiyatul bait [rumah], maka setiap hukum-hukum yang di masjid tidak berlaku padanya, apabila dia ingin beri’tikaf maka tidak sah I’tikafnya, walaupun perempuan yang baginya masjid dirumahnya pun tidak sah I’tikafnya.
5.      Bahwasanya boleh bagi seseorang untuk berjama’ah pada sholat- sholat sunnah, akan tetapi dilakukan dengan tidak terus menerus, ya’ni sesekali.
6.      Bahwasanya tidak mengapa seseorang menjadikan satu tempat sholat didalam rumahnya yang dia berulang-ulang sholat padanya, keadaan yang seperti ini tidak bisa dikatakan : sesungguhnya ini sama seperti orang mengambil satu tempat tertentu didalam masjid yang dia tidak sholat kecuali pada tempat tersebut, karena yang seperti ini dilarang, ya’ni seseorang mengambil salah satu tempat didalam masjid yang dia tidak sholat kecuali pada tempat tersebut, dia tidak mau tahiyyatul masjid tidak pula yang lainnya kecuali pada tempat tersebut, dan ini dilarang. !
7.      Wajib atas seseorang untuk menahan lisannya dari membicarakan manusia, dengan ucapan-ucapan seperti : Munafiq, kafir, fasiq, kecuali dibutuhkan untuk itu, maka harus dijelaskan. Karena Nabi Shalallahu alaihi wa sallam mengatakan tatkala ada orang berkata kepada Maalik, : sesungguhnya dia Munafiq, maka beliau mengatakan : Jangan engkau mengatakan demikian, tidakkah engkau tau bahwasanya dia ( Itbaan bin Maalik )mengucapkan : Laa ilaha ilallah yabtaghi bidzalika wajhallah !
8.      Kecintaan para shahabat kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, duduk bersama beliau, di saat mereka mengetahui Rasulullah berada dirumah Itbaan bin Maalik mereka mendatangi, berkumpul bersamanya, untuk belajar darinya, agar supaya mereka mendapat berkah dari ilmu beliau ‘Alaihish shalatu wasalaam.
9.      Bahwasanya seseorang hendaknya memulai dari inti tujuan apa yang dia inginkan sebelum segala sesuatu, dikarnakan Nabi Shalallahu ‘alahi wasallam sholat pada tempat sebelum beliau duduk, dan sebelum beliau melihat apa yang dibuat untuknya dari berupa makanan.
10.  Tawadhu’ Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dikarnakan beliau tatkala selesai dari sholat shahabat Itbaan berkata kepada beliau : tunggulah hingga selesai dari makan, beliau menyuguhkan kepada Rasulullah, maka ini tidak diragukan lagi bentuk dari tawadhu’ beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
11.  Bahwasanya siapa yang mengatakan kalimat : Laa ilaaha ilallah  mengharap wajah Allah, ya’ni ikhlash, maka Allah akan mengharamkan atasnya neraka.
Suatu perkara yang sudah dimaklumi siapa yang mengatakan kalimat ini dengan ikhlash, maka dia akan melakukan segala sesuatu yang akan mendekatkan dirinya kepada Allah, baik dari perkara-perkara yang wajib ataupun sunnah.
Ini tidak bisa dijadikan dalil bagi orang-orang yang malas, seperti ucapan mereka : kami juga mengucapkan Laa ilaaha ilallah dengan ikhlash. Maka kita katakan : kalau kalian jujur dalam ucapan kalian niscaya kalian tidak akan meninggalkan atau meremehkan ibadah-ibadah yang wajib atas kalian untuk melakukannya.

Muhammad Rifqy bin Junaidy al kalimantany

Ma’had al Manshurah banjarbaru kalsel

UNTUKMU YANG MENGATAKAN BAHWA “ THAAHAA” ADALAH NAMA SALAH SATU DARI NAMA NABI MUHAMMAD SHALALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM .




﴿ طه ۝ ما أنزنا عليك القرآن لتشقى {طه : 1-2}
“Thaahaa ۝ Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah”.[ QS.Thaahaa.]
Dua huruf ini merupakan sebagian dari huruf-huruf Hijaiyyah, yang pertama huruf : الطاء, dan yang kedua huruf الهاء :, dan bukan salah satu nama dari nama-nama Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana yang disangka oleh sebagian mereka,bahkan dia termasuk dua huruf dari huruf-huruf Hijaiyyah yang dengannya Allah memulai pada sebagian surat yang mulia dari Al qur’an al Aziz, dan dia tidak memiliki makna, karena al Qur’an diturunkan dengan berbahasa Arab, dan bahasa Arab jangan engkau jadikan pada huruf-huruf Hijaiyyah makna, bahkan dia tidak memiliki makna kecuali bergandengan dengan kalimat lain dan menjadi sebuah kalimat ! akan tetapi Allah mulai pada sebagian surat yang mulia dengan huruf dari huruf-huruf Hijaiyyah karena ada maksud dan tujuan yang mulia, apa maksud dan tujuan mulia tersebut ? maksud dan tujuan yang mulia tersebut adalah untuk menentang dari orang-orang yang mendustakan Rasul ‘alaish shalatu wasalam, mereka ini yang menduskan Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam lemah tidak mampu untuk mendatangkan sesuatu yang semisal dengan al Qur’an, mereka tidak mampu mendatangkan satu surat, tidak pula sepuluh surat, bahkan satu ayat saja mereka tidak mampu untuk mendatangkannya ! padahal al Qur’an ini yang menjadikan mereka lemah tidak mendatangkan huruf-huruf yang asing yang mereka tidak mengetahuinya, bahkan al Qur’an datang dengan huruf yang darinya tersusun ucapan-ucapan mereka !
Oleh karena inilah engkau hampir tidak dapati satu surat yang dimulai dengan huruf ini kecuali engkau dapati kalimat yang terletak setelah huruf ini penyebutan terhadap al-Qur’an. Dalam surat al Baqarah : ﴿ الم ۝ ذلك الكتاب لا ريب فيه kemudian dalam surat ali ‘Imran : ﴿ الم ۝ الله لا إله إلا هو الحي القيوم ۝ نزل عليك الكتاب بالحق kemudian dalam surat al ‘a’raf  المص ۝ كتاب أنل إليك فلا يكن في صدرك حرج ﴾ kemudian dalam surat yunus :الر تلك آيات الكتاب الحكيم ﴿ demikianlah enkau akan dapati setelah setiap huruf hijaiyyah dalam memulai surat datang setelahnya penyebutan tentang al Qur’an, dan itu isyarat bahwa Qu’an ini yang dimulai dengan huruf hijaiyyah yang darinya tersusun kalamnya orang-orang Arab mereka tidak mampu, lemah untuk menyamainya. Dan inilah yang benar dalam makna dan maksud dari huruf-huruf hijaiyyah ini.
Kemudian firman Allah : 
﴿ طه ۝ ما أنزنا عليك القرآن لتشقى {طه : 1-2
“Thaahaa ۝ Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah”.[ QS.Thaahaa.]
Yakni Allah tidak menurunkan al Qur’an ini kepada Nabi-Nya Shalallahu ‘alaihi wasallam untuk memperoleh kesusahan kesempitan, akan tetapi Allah turunkan al Qur’an ini untuk memperoleh kebahagian, kebaikan keberuntungan didunia dan akhirat, sebagaimana Allah sebutkan dalam surat ini juga :
Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka۝ Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta ۝ Berkatalah ia: "Ya Rabb, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?"۝ Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan."۝ Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Rabbnya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.” [ QS. Thaahaa 123-127 ]
Oleh karena inilah tatkala Ummat Islam adalah Ummat yang berpegang teguh dengan al Qur’an dan Sunnah berjalan diatas petunjuk al Qur’an, berkehidupan dengan landasan al Qur’an maka Ummat ini akan memperoleh kemulian, kewibawaan, ketinggian diatas semua Ummat, mereka akan mampu untuk menaklukkan timur dan barat bumi.
Namun jika mereka berbeda dalam mengamalkan al Qur’an ini, maka akan berbeda pula dari kemulian, pertolongan dan kewibawaan sesuai dengan kadar perbedaan mereka dari mengamalkan al Qur’an ini.
Muhammad Rifqy bin Junaidy Al-kalimantany
معهد المنصورة بنجار بارو